Penjajahan Jepang di
Indonesia
* 8 Maret 1942 Jepang mendarat di Kalimantan untuk menguasai
sumber minyak mentah
* Tanggal 9 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang.
Penyerahan di Kalijati, Subang, Jabar.
*Pihak Belanda:Letjen Ter Porten
*Pihak Jepang Letjen Hitoshi Imamura
*Saat dikuasai Jepang Indonesia dibagi dua:
1) P. Jawa dan Sumatra di bawah komando angkatan darat,
berpusat di Jakarta
2) Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah Komando
Angkatan Laut yang berpusat
di Ujung
Pandang
*Propaganda Jepang:
Gerakan 3A:
Jepang pemimpin asia
Jepang pelindung asia
Jepang cahaya asia
2) Jepang adalah saudara tua Indonesia
3) Jepang membentuk Putera
4) Jepang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari
penjajahan
*Indonesia dimasukkan dalam kawasan Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya, dibawah kepemimpinan Jepang.
*Tujuan Kedatangan Jepang ke Indonesia:
1. Menguasai wilayah Indonesia. Bukti:
1.1 Ind
dijadikan sbg sumber bahan mentah
1.2 Romusha
1.3 Semua
kegiatan Parpol dilarang
2. Tentara pendudukan Jepang melakukan pemerasan ekonomi:
2.1 Petani
wajib menyetorkan hasil panen padi, jagung, dan ternak
2.2 Petani
wajib menanam jarak untuk pelumas senjata
2.3
Hutan-hutan ditebang untuk kebutuhan industri
2.4 hasil
perkebunan harus disetor pada Jepang
2.5
penyerahan besi atau logam untuk kebutuhan industri senjata
3. Pemuda-pemuda Indonesia dikerahkan untuk romusha (kerja
paksa)
4. Jepang
membentuk organisasi semi militer dan militer penuh
4.1
Semi militer:
a.
Seinendan, 29 April 1943
Tujuan: mendidik dan melatih pemuda
Indonesia untuk
mempertahankan Indonesia dengan kekuatan sendiri
b.
Keibodan, 29 April 1943, Barisan pembantu Polisi
c.
Fujinkai, Agustus 1943, Himpunan Wanita
Wanita
usia >15 th dilatih militer
d.
Jawa Hokokai, 1944, dibentuk Jend. Kumkici Harada
4.2
Militer Penuh:
a.
Peta, 3 Oktober 1943
b.
Heiho, April 1943, pembantu prajurit Jepang
Perlawanan rakyat:
* 7 September 1944, Janji Koiso
*Persiapan Indonesia merdeka:
1. Jend. Kumakici Harada membentuk BPUPKI atau Dokuritsu
Junbi Coosakai
Ketua:
Dr. Rajiman Widyodiningrat
2. BPUPKI bertugas menyusun dasar negara dan UUD
Sidang
I, 1 Juni 1945.
-
Ir. Soekarno, Moh. Yamin, dan Supomo tampil mengajukan gagasan.
-
Ir. Soekarni-->pidato mengenai 5 asas negara [Pancasila]
3. 10 Juli 1945
Panitia Kecil BPUPKI berhasil merumuskan dasar negara dan
membahas perumusan UUD
4. 11 Juli 1945
Panitia perancang UUD sepakat menjadikan PIagam Jakarta
sebagai Pembukaan UUD
5. Tanggal 14 Juli 1945, Panitia Kecil BPUPKI, dipimpin
Supomo melaporkan hasil
Panitia
Perancang UUD yang terdiri dari pernyataan kemerdekaan, pembukaan UUD, dan
batang
tubuh.
http://l32central.tripod.com/jepang.htm
PENDUDUKAN JEPANG DAN UPAYA
MEMPERSIAPKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
zaman Pendudukan Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia dipimpin oleh Letjen Hitoshi
Imamura diawali di kota Tarakan, Kalimantan Timur, tanggal 10 Januari 1942.
Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Ambon, Pontianak, Makassar, Banjarmasin,
Palembang dan Bali yang berhasil diduduki Jepang selama Januari – Pebruari
1942.. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret 1942. Tentara Belanda
yang dipimpin Letjen H. Ter Poorten merasa kewalahan menghadapi serbuan kilat
tentara Jepang kemudian mundur menuju Subang, Jawa Barat. Didaerah ini pula
(Kalijati) tentara Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang tanggal 8
Maret 1942. Sejak saat itu, mulailah
masa pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada masa
pendudukan Jepang, Indonesia dbagi menjadi 3 wilayah yang dipimpin oleh
pemerintahan mliter, yaitu :
Jawa dan Madura
diperintah oleh tentara keenambelas Angkatan Darat (Rikugun) yang berpusat di
Jakarta
Sumatra
diperintah oleh tentara kedua puluh lima Angkatan Darat (Rikugun) yang berpusat
di bukittinggi
Indonesia bagian
timur diperintah Armada Selatan kedua angkatan laut (Kaigun), yang berpusat
diujung Pandang
Setelah menduduki
Indonesia, Jepang mengeluarkan peraturan yang melarang semua rapat dan kegiatan
yang bersifat politik. Tanggal 20 Maret 1942, pemerintah Jepang mengeluarkan
aturan yang isinya membubarkan perkumpulan, namun tanggal 15 Juli 1942,
perkumpulan yang bersifat social, budaya, olahraga atau kesenian diperbolehkan
berdiri. Kegiatan yang bersifat politik tetap dilarang.
Untuk menarik
simpati dan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mempropagandakan Gerakan 3 A,
yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pimimpin Asia.
Gerakan ini dipimpin oleh Mr. Syamsudin. . Akan tetapi gerakan ini kurang
mendapat sambutan dari rakyat, karena rakyat tidak mau diperalat oleh Jepang.
Mewaspadai
politik Jepang, para pemimpin gerakan nasional mengambil dua pendekatan taktik
yang berbeda, yaitu :
Jalan Legal
(Kooperatif), yaitu bersedia bekerjasama dengan Jepang. Gerakan ini dipimpin
oleh Soekarno dan Moh. Hatta
Jalan illegal (non kooperatif), gerakan bawah tanah atau
gerakan tersembunyi karena tidak mau bekerjasama dengan Jepang. Gerakan ini
dipimpin oleh Amir Syarifudin dan Sutan Syahrir.
Pada masa penjajahan Jepang, kekayaan Indonesia dikras habis
sehingga rakyat kelaparan. Para pemuda dipersiapkan untuk mempertahankan
Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya. Demi pendudukan Jepang. Rakyat
Indonesia dijadikan Romusha untuk mengerjakan proyek Jepang, seperti jalan,
pelabuhan dan lapangan terbang. Selain itu ada polisi militer (Kempetai) yang
bertindak sangat kejam untuk menyiksa atau membunuh rakyat yang dianggap
membantah perintah Jepang.
Para pemimpin pergerakan menyadari bahwa melawan dengan
kekuatan senjata tidak mungkin, sebab dari segi militer, Jepang lebih
kuat.Untuk melawan Jepang, terlebih dahulu harus memanfaatkan berbagai
organisasi yang dibentuk Jepang sendiri.
Organisasi
pergerakan Nasional pada masa pendudukan Jepang
1. Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI)
Dibentuk masa
penjajahan Belanda bulan september 1937. Pembentukan MIAI diprakarsai oleh K.H.
Mas Mansyur (Muhammadiyah), K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Wahab Chasbullah (NU) dan
Wondoamiseno (PSII). Tujuan organisasi ini adalah membicarakan dan
memutuskan semua soal yang dipandang penting bagi kemaslahatan umat dan agama
islam. Pada masa penjajahan Jepang, organisasi ini tidak dibubarkan, kerana
kegiatannya bersifat keagamaan dan tidak mengadakan kegiatan politik, dan
strategi pergerakan yang diterapkan MIAI bersifat kooperatif.
Pada awalnya kegiatan
MIAI hanya dibidang agama saja, tetapi pada akhirnya MIAI melibatkan diri dalam
kegiatan politik. Hal ini tampak dari dukungan MIAI terhadap GAPI yang
menginginkan Indonesia berparlemen dan MIAI juga menghendaki agar yang menjadi
kepala negara adalah orang Indonesia yang beragama islam dan dua pertiga dari
menteri-menteri haruslah orang islam.
Karena
perkembangannya yang pesat dan dinilai telah mengancam eksistensi pemerintah
Jepang. Pada tahun 1943, MIAI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
2. Masyumi
Masyumi berdiri
sebagai pengganti MIAI tahun 1943, yang diketuai oleh K.H. Mas Mansyur dan
didampingi K.H. Hasyim Asyari. Organisasi ini segera dimanfaatkan oleh tokoh
pergerakan Indonesia untuk mengkonsolidasikan organisasi-organisasi Islam
seperti Muhammadiyah, NU, Persatuan Islam dan SI.
Seperti
organisasi pergerakan Islam, Masyumi memiliki visi bahwa setiap umat islam
diwajibkan untuk Jihad Fisabilillah (berjuang dijalan Allah) dalam berbagai
bidang, termasuk bidang politik..
Kum muda muslim,
khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun secara
politis. Masyumi sampai masa pemerintahan Orde Lama merupakai partai politik
yang tangguh dan memiliki basis massa yang banyak sebelum akhirnya dibubarkan
oleh presiden Soekarno tahun 1960-an.
3. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Organisasi ini
dibentuk pada bulan maret 1942, dibawah pimpinan empat serangkai yaitu Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansyur. Tujuan
dibentuknya PUTERA oleh Jepang adalah untuk memusatkan seluruh kekuatan
masyarakat dalam rangka membantu usaha Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Sedangkan tugas pemimpin PUTERA adalah memimpin rakyat agar kuat melaksanakan
kewajiban dan bertanggung jawab untuk menghapus pengaruh barat, berusaha
mempertahankan Asia Raya dan mempererat persaudaraan Indonesia-Jepang.
Empat Serangkai
dianggap oleh Jepang sebagai lambang dari Pergerakan Nasional Indonesia.
Sebaliknya pemimpin Indonesia memanfaatkan Putera untuk mempersiapkan Indonesia
merdeka, sehingga dalam perkembangan selanjutnya Putera menjadi sebuah wadah
pemupukan rasa nasionalisme dikalangan rakyat Indonesia.
4. Cuo Sangi In
Atau Badan
Pertimbangan Pusat dibentuk pemerintah Jepang. Tadinys badan ini dimaksudkan
Jepang sebagai pengendali politi di Indonesia. Tetapi, justru oleh para
pemimpin pergerakan nasional dimanfaatkan untuk mengimbangi politik jepang.
Tugas Cuo Sangi
In adalah mengajukan usul dan menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Badan ini
kemudian dijadikan sarana strategis bagi para tokoh pergerakan Indonesia.
Bangsa Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala Departemen dan
Residen yang sulit didapatkan pada masa pemerintahan Belanda
5. Jawa Hokokai
Tahun 1944,
panglima tertinggi tentara Jepang di Jawa menyatakan berdirinya Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa). Organisasi ini lahir didorong oleh situasi Perang
Asia timur Raya yang semakin gencar. Jawa Hokokai diorientasikan untuk memupuk
semangat kebaktian, yaitu bersedia untuk mengorbankan diri, mempertebal
persaudaraan dan melaksanakan tugas untuk kepentingan pemerintah pendudukan
Jepang.
Pimpinan Jawa
Hokokai ditangani langsung oleh pimpinan militer Jepang dan anggotanya
diseleksi ketat. Jaringan
organisasi dari pusat sampai daerah memiliki bidang kegiatan seperti guru,
kewanitaan, perusahaan dan kesenian. Jawa Hokokai juga bertugas mengerahkan
rakyat secara paksa untuk mengumpulkan adi, permata, besi tua serta menanam
jarak. Hasilnya harus diserahkan kepemrintah Jepang untuk membiayai Perang Asia
Timur Raya.
6. seinendan, Fujinkai dan Keibodan
Pada periode
tahun 1944-1945 perang Asia Timur Raya semakin berkecamuk. Untuk mempertahankan
darah pendudukannya Jepang membutuhkan dukungan dari rakyat yang dijajahnya.
Oleh karena itu
Jepang membentuk organisasi semi militer Seinendan (barisan pemuda) tanggal 9
Maret 1943, yaitu barisan pemuda yang anggotanya berusia 14-22 tahun. Tujuan
dibentuknya Seinendan adalah mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Padahal, maksud sebenarnya
adalah mempersiapkan pemuda Indonesia membantu Jepang menghadapi pasukan
Sekutu.
Untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja wanita, pada bulan agustus 1943, Jepang membentuk
Fujinkai (Himpunan Wanita) dengan usia anggota 15 tahun keatas. Anggota
Fujinkai juga diberi latihan kemiliteran yang dipersiapkan untuk dapat membantu
militer Jepang.
Untuk memenuhi
keperluan tenaga pembantu kepolisian, dibentuklah Keibodan (Barisan Bantu
Polisi). Usia anggota antara 20-25 tahun. Pemuda yang diterima menjadi anggota
Keibodan adalah semua laki-laki yang berasal dari tiap desa dan dibentuk
didesa-desa untuk mengisolasi dari pengaruh kaum nasionalis. Mereka diawasi
oleh polisi dengan sangat ketat.
7. Barisan pelopor, Heiho dan Pembela Tanah Air
(PETA)
Untuk menyiapkan
rakyat Indonesia membantu pemerintah Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, maka
tanggal 14 September 1944 dibentuk Barisan pelopor, pemimpinnya ditunjuk dari
golongan nasionalis seperti Ir. Soekarno, R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan
dr. Buntaran.
Barisan Pelopor
dilatih cara menggunakan senapan dari kayu, bambu runcing serta dikerahkan
untuk mendengarkan pidato dari para pemimpin pergerakan nasional. Melalui
Barisan Pelopor ini, para pemuda terpelajar memasukkan pengaruhnya kepada
rakyat.
Pada bulan April
1943, Jepang mengumumkan dan membuka kesempatan bagi para pemuda Indonesia
untuk ikut menjadi anggota pembantu prajurit Jepang (Heiho). Anggota Heiho
langsung ditempatkan dalam struktur organisasi militer Jepang, baik angkatan
darat maupun angkatan laut. Heiho dianggap sebagai bagian dari angkatan perang
Jepang sehingga langsung diterjunkan dalam medan pertempuran menghadapi sekutu
diberbagai front pertempuran. Para Heiho bukan hanya dikirim diwilayah
Indonesia, melainkan juga dinegara lain seperti kepulauan Solomon, Filipina dan
Indo Cina.
Selanjutnya
tanggal 3 Oktober 12943, Panglima Tentara Jepang di Jawa mengumumkan
pembentukan tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Maka dilatihlah puluhan
calon perwira di Bogor. Setelah lulus, mereka kemudian diangkat menjadi daidanco
(Komandan Batalyon), codanco (Komandan Kompi) dan syudanco
(Komandan Batalyon) dan ada pula yang didik menjadi budanco (Komandan
Regu)
8. Dokuritsu Junbi Cosakai
Kedudukan Jepang
semakin terdesak oleh sekutu. Oleh karena itu untuk menarik simpati rakyat
Indonesia, pemerintah Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan dikemudian
hari sebagaimana yang diungkapkan oleh perdana menteri Koiso. Maka pada tanggal
1 Maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada mengumumkan terbentuknya Dokuritsu
Junbi Kosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Badan ini
beranggota 60 orang dan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
Tugas BPUPKI
adalah menyelidiki dan mempelajari hal-hal penting yang menyangkut maslah tata
pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia merdeka. Badan ini diperbolehkan
untuk melakukan propaganda menyebarkan berita tentang persiapan kearah
kemerdekaan Indonesia.
Reaksi Rakyat
Indonesia Terhadap Pemerintah Pendudukan Jepang
Reaksi berupa
perlawanan bersenjata
Keganasan tentara
Jepang selama berada di Indonesia telah membangkitkan kemarahan rakyat.
Beberapa tokoh masyarakat segera mengadakan perlawanan, sehingga timbullah
pemberontakan terhadap Jepang diberbagai tempat :
Pemberontakan
Cot Plieng di Aceh
Dipimpin oleh
seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil, guru ngaji di Cot Plieng.
Peristiwa ini terjadi beberapa kali dan puncaknya terjadi tanggal 10 Nopember
1942. Perlawanan tersebut terjadi karena pasukan Jepang melakukan penghinaan
terhadap umat islam Aceh dengan cara membakar masjid dan membunuh sebagian
jamaah yang sedang shalat subuh. Rakyat Aceh yang merasa terhina akhirnya
melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Pemberontakan
Rakyat Sukamanah
Dipimpin oleh K.H.
Zainal Mustofa. Pemberontakan ini berawal dari pemaksaan Jepang kepada santri
di Sukamanah untuk melakukan Seikirei atau menghormat kepada Kaisar Jepang
dengan cara membungkukkan setengah badan kearah matahari. Para petanii
menolaknya sehingga timbulah bentrokan antara pasukan Jepang dengan petani
Sukamanah. dalam peristiwa itu K.H. Zainal Mustafa dapat ditangkap kemudian
diadili setelah Jepang mengirimkan pasukan tanggal 25 Pebruari 1944.
Pemberontakan
di Indramayu
Terjadi bulan
Juli 1944, dipimpin H. Mdriyas. Penyebabnya karena rakyat tidak tahan terhadap
kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang.
Pemberontakan
Teuku Hamid di Aceh
Terjadi bulan
November 1944 dipimpin seorang perwira Giyugun bernama Teuku Hamid.
Pemberontakan ini tidak terjadi dengan lancar karena keluarga Teuku Hamid
diancam akan dibunuh sehingga akhirnya Teuku Hamid terpaksa kembali.
Pemberontakan
PETA di Blitar
Dipimpin seorang
komandan Peleton PETA bernama Supriyadi tanggal 14 Pebruari 1945. Pemberontakan
ini terjadi karena anggota PETA tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat
didaerahnya dan banyak rakyat yang dijadikan Romusha dan meninggal selama
dipekerjakan di daerah mereka.
Pemberontakan
tersebut sangat merepotkan pemerintah Jepang, tetapi pemberontakan ini
mengalami kegagalan karena persiapan tidak matang dan rakyatpun tidak mendukung
terhadap pemberontakan tersebut.
Melalui tipu
muslihat dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah saja dan akan dijamin
keselamatannya dan dipenuhi segala tuntutannya, maka para pemimpin
pemberontakan bisa ditangkap dan diadili di Jakarta. Sebanyak 6 orang dijatuhi
hukuman mati dan 35 orang dihukum 2 tahun sampai seumur hidup.
Adapun Supriyadi,
tidak diketahui nasibnya. Namun sebagian orang yakin bahwa Supriyadi telah
ditangkap dan diam-diam telah dibunuh oleh pemerintah Jepang.
Reaksi Berupa
Perlawanan Non-Senjata
Selain perlawanan
senjata, ada pula rakyat yang menentang jepang dengan strategi non-kooperatif. Misalnya Sukarni dan Chaerul Saleh. mereka
membuat organisasi tersendiri dengan nama Pemuda Menteng 31.
Pada waktu Jepang
mendekati kekalahan total dan untuk meredakan mobilisasi rakyat Indonesia,
Jendral Terauci selaku panglima tertinggi tentara Jepang di Asia Tenggara
memanggil Ir Soekarno dan Moh. Hatta agar datang ke Dalat, Vietnam. Tujuannya
untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Pertemuan ini berlangsung tanggal 9 –
14 Agustus 1945. Terauci memberitahukan keputusan Jepang, bahwa Indonesia
akan diberi kemerdekaan dengan luas wilayah mencakup seluruh bekas jajahan
Belanda.
Beberapa pemuda
mencurigai niat Jepang tersebut, bahwa Jepang memperalat tokoh nasional untuk
kepentingan Jepang. Mereka menolak kemerdekaan yang akan diberikan Jepang
sebagai hadiah bagi bangsa Indonesia. Mereka bertekad bahwa kemerdekaan harus
dicapai dengan perjuangan bangsa Indonesia sendiri.
Beberapa tokoh
yang bersikap seperti itu :
Kelompok Sukarni
bersama-sama dengan Adam Malik, Armunanto, Pandu Kartawiguna dan Maruta
Nitiwihardjo
Kelompok Syahrir
dengan tokoh utamanya Sutan Syahrir sendiri.
Kelompok pelajar,
yaitu Chaerul Saleh, Johan Nur, Sayoko, Syarif Thayeb, Darwis dan Eri Sadewo
Kelompok Kaigun,
Yaitu Ahmad Subarjo, Sudiro, Wikana dan E. Khairuddin
Kelompok pemuda
tersebut mendesak Soekarno agar saegera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,
yang pada akhirnya setelah dinegosiasikan berujung pada kesediaan Soekarno dan
Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Dampak Pendudukan
Jepang dalam Berbagai Aspek Kehidupan
Bidang Politik
Sejak masuknya
Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat itu dihapuskan dan
diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi, pemerintah Jepang masih
membiarkan kesempatan pada golongan nasionalis islam karena dinilainya sangat
anti-barat, sehingga organisasi MIAI masih diperbolehkan tetap berdiri, tetapi
karena perkembangannya dianggap membahayakan Jepang, akhirnya MIAI dibubarkan
dan diganti dengan Masyumi.
Sikap Jepang
jelas mempengaruhi gaya dan taktik para politisi nasional dan para pejuang
Indonesia lainnya saat itu, dengan memanfaatkan organisasi buatan Jepang. Pada
akhirnya berbagai bentuk organisasi bentukan Jepang dimasuki dan dipengaruhi
oleh para pejuang nasional. Dengan demikian, lambat laun keterlibatan mereka
semakin mendewasakan dan mematangkan perjuangan bangsa Indonesia.
Bidang
Pendidikan
Pendidikan zaman
Jepang mengalami perubahan secara drastis. Dimana sistem pengajaran dan
kurikulum disesuaikan dengan kepentingan perang. Siswa wajib mengikuti latihan
dasar kemiliteran. Jepang juga menanamkan semangat Jepang dan siswa wajib
menghapal lagu kebangsaan Jepang. Para guru diharuskan mengikuti kursus bahasa
Jepang. Juga diwajibkannya menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai
bahasa pengantar disekolah untuk menggantikan bahasa Belanda. Melalui pendidikan,
Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan
konsepsi ”Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”.
Bidang Ekonomi
Pada pendudukan
Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang. Jepang
berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Yang pada
prakteknya sangat memeras sumber daya alam dan sumber daya manusia. Jepang juga
menyita perkebunan, pabrik, bank dan perusahaan vital lainnya.
Sebagian hasil
panen harus diserahkan kepada pemerintah. Rakyat diperbolehkan memiliki 40%
hasil panen mereka, 30%disetor kekoperasi dengan harga yang ditetapkan
pemerintah dan sisa 30% disediakan untuk bibit dan harus disimpan dilumbung
desa. Kadang-kadang semua itu dirampas oleh Jepang sehingga rakyat hanya makan
keladi yang gatal, ubi jalar atau bekicot serta makanan lain yang tidak layak.
Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum pria yang muda dan sehat serta
produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha). Akibatnya tidak sedikit
nyawa yang terenggut saat itu.
Bidang Budaya
Jepang sebagai
negara fasis selalu berusaha untuk dapat menanamkan kebudayaannya. Salah satu
cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit. Hal ini berarti
bahwa cara menghormat tersebut merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari.
Mobilitas
Sosial
Pendudukan Jepang
berpengaruh terhadap mobilitas sosial masyarakat, terutama perpindahan penduduk
dan perubahan struktur sosial masyarakat diakibatkan kebutuhan Jepang dalam menghadapi
perang melawan sekutu. Rakyat dijadikan sebagai Romusha sehingga berpengaruh
pada perekonomian desa karena sawah dan ladang tidak terkelola dengan baik.
Pendudukan Jepang
juga berpengaruh terhadap mobilitas sosial dalam arti sosial politik. Karena
organisasi yang dibentuk Jepang dan bertujuan untuk kepentingan Jepang,
sebaliknya dimanfaatkan oleh tokoh pergerakan nasional untuk kepentingan
nasional, yaitu memperjuangkan Indonesia merdeka.
Militer
Demi untuk
memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya yang memerlukan banyak tentara.
Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi rakyat Indonesia dengan
membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti : Seinendan, Keobodan,
Heiho dan PETA. Meskipun pengerahan tersebut dilaksanakan untu kepentingan
Jepang, namun bangsa Indonesia mendapat keuntungan besar dari proses pendidikan
militer ini. Hal ini terasa gunanya, kelak pada saat bangsa Indonesia
menghadapi sekutu dan Belanda yang akan menjajah kembali Indonesia tahun 1945 –
1949.
Bahasa
Indonesia
Jepang berusaha
menghapus pengaruh barat di Indonesia. Antara lain dengan pelarangan penggunaan
Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan pertemuan resmi. Bahasa yang dboleh
digunakan adalah bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang. Demikian pula
buku-buku pelajaran maupun yang berbentuk sastra, menggunakan bahasa Indonesia.
Bangsa Jepang
berusaha untuk menguasai bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan
bangsa Indonesia. Sebaliknya, Bangsa Indonesia juga harus mempelajari bahasa
Jepang. Dengan demikian, kedua bahasa mengalami perkembangan didarah
pendudukan, khususnya Indonesia. Berkembanglah bahasa Indonesia akibat
kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang, baik dari segi tata bahasa maupun
segi sastranya.
Perjuangan
Mmpersiapkan Kemerdekaan Indonesia
Sampai tahun
1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik sudah sangat terdesak. Pada bulan
Juli 1944 Pangkalan angkatan laut Jepang di Pulau Saipan yang sangat strategis
jatuh ketangan Amerika Serikat. Sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
politik dinegara Jepang, yaitu perdana menteri Tojo diganti oleh Perdana
Menteri Koiso.
Pada tanggal 7
September 1944, perdana Meteri Koiso mempermaklumkan janjinya didepan Parlemen
Jepang mengenai rencana pemberian kemerdekaan kepada bangsa Indonesia
dikemudian hari. Namun sebelum merealisasikan janjin tersebut, Perdana menteri
Koiso akan membentuk sebuah badan penyelidik yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana usaha persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tindakan ini
sebenarnya hanya untuk menark simpati rakyat Indonesia agar mendukung
sepenuhnya pemerintahan pendudukan Jepang yang saat itu telah terdesak oleh
sekutu.
Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Cosakai)
Sesuai dengan
janji Perdana Menteri Koiso, Letnan Jendral Kumakici Harada tanggal 1 Maret
1945 membentuk BPUPKI yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
BPUPKI bertugas
menyelidiki dan mempelajari hal-hal penting mengenai maslah tata pemerintahan
atau pembentukan negara Indonesia merdeka.
Tanggal 1 April
1945 diumumkan nama anggota BPUPKI yang terdiri dari 60 orang wakil dari
berbagai komponen rakyat pribumi, ditambah 7 orang Jepang. Selain ketua, ada
pula ketua muda yang terdiri dari 2 orang yaitu Ischibangase dan R.P. Suroso.
Peresmian dan pelantikan pengurus BPUPKI dilaksanakan tanggal 28 Mei 1945.
Dalam merumuskan
hal-hal penting mengenai Indonesia merdeka, BPUPKI mengadakan 2 kali sidang :
Sidang pertama
(29 mei – 1 Juni 1945)
Dalam sidang
pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada usaha merumuskan dasar filsafat bagi
negara Indonesia merdeka dengan membahas berbagai usul dari peserta sidang.
Pada sidang
tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin mengemukakan gagasannya mengenai dasar negara
kebangsaan Republik Indonesia :
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan
Rakyat
Kemudian M.
Yamin, menyampaikan gagasannya secara tertulis dengan rumusan sebagai berikut :
Ketuhanan Yang
Maha Esa
Kebangsaan
Persatuan Indonesia
Rasa kemanusiaan
yang adil dan beradab
Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sidang
tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Supomo menyampaikan hasil pemikirannya mengenai
dasar negara Indonesia merdeka :
Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir
dan bathin
Musyawarah
Keadilan rakyat
Pada tanggal 1
Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan buah pikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka :
Kebangsaan
Indonesia
Internasionalisme
Mufakat atau
Demokrasi
Kesejahteraan
Sosial
Ketuhanan Yang
Maha Esa
Kelima asas yang
diusulkan Ir. Soekarno sesuai dengan petunjuk seorang ahli bahasa diberi nama Pancasila.
Oleh karena itu setiap tanggal 1 Juni dikenal sebagi hari lahirnya Pancasila.
Kemudian tanggal
22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia perumus yang tugasnya untuk membahas dan
merumuskan hasil sidang pertama. Panitia perumus tersebut dikenal dengan nama panitia
kecil atau panitia 9, karena beranggotakan 9 orang :
Ir. Soekarno
(Ketua)
Drs. M. Hatta
(Wakil)
K.H. Wachid
Hasyim (Anggota)
Kahar Muzakir (Anggota)
Mr. A.A. Maramis
(Anggota)
Abikusno
Tjokrosurojo (Anggota)
H. Agus Salim
(Anggota)
Mr. Achmad
Subarjo (Anggota)
Mr. Moh. Yamin
(Anggota).
Sebagai tindak
lanjut dari sidang pertama maka direkomendasikan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) tanggal 22 Juni 1945 yang berisi rumusan dasar negara dan rancangan
Pembukaan UUD.
Adapun rumusan
dasar negara berdasarkan piagam Jakarta adalah :
Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusian yang
adil dan beradab
Persatuan
Indonesia
Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sidang Kedua ( 10
Juli – 16 Juli 1945 )
Pada sidang yang
kedua BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia :
Panitia perancang
UUD yang diketuai Ir. Soekarno
Panitia Pembela
Tanah Air yang diketuai Abi Kusno
Panitia keuangan
dan perekonomian yang diketuai Moh. Hatta
Panitia perancang
dalam sidangnya tanggal 11 Juli 1945 menerima konsep naskah pembukaan UUD yang
diambil dari piagam Jakarta. Panitia perancang kemudian membentuk panitia kecil
perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Mr. Supomo. Ia bertugas
menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah disepakati.
Tanggal 13 Juli
1945, pembentuk Tim Panitia Kecil yang diketuai Ir. Soekarno mengadakan sidang
untuk membahas laporan hasil kerja Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai
Mr. Supomo. Dalam rapat Pleno tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan
Panitia Perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno :
Pernyataan
Indonesia merdeka
Pembukaan UUD
Batang Tubuh UUD
Setelah melalui
sidang yang alot, hasil kerja Panitia Perancang UUD akhirnya diterima BPUPKI.
Hal itu merupakan momentum penting dalam menentukan masa depan bangsa dan
negara Indonesia. Rumusan yang telah disempurnakan dan diterima secara bulat
oleh sidang tersebut kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai)
Pada tanggaL 7
Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang karena dianggap terlalu
cepat mewujudkan kehendak Indonesia merdeka dan menolak adanya keterlibatan
dari pemerintah Jepang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Sebagai pengganti
BPUPKI, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu
Junbi Inkai yang tugasnya adalah mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut maslah ketatanegaraan sehubungan dengan akan diserahkannya kekuasaan
pemerintah dari Jepang kepada bangsa Indonesia.
Pada awlanya PPKI
beranggotakan 21 orang: 12 dari Jawa, 3 dari Sumatra, 2 dari Sulawesi, 1 dari
Kalimantan, 1 dari Nusa Tenggara, 1 dari Maluku dan 1 dari masyarakat Tionghoa.
Sebagai ketua diangkat Ir. Soekarno dan M. Hatta sebagai wakilnya.
Kemudian tanpa
sepengatahuan Jepang, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi yaitu R.A.A.
Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik,
Iwa Kusumasumantri dan Mr. Ahmad Subardjo.
PPKI merupakan
badan pembentuk dan pendiri negara Republik Indonesia. Karena PPKI telah
berhasil menyelesaikan tugasnya dalam mempersiapkan segala sesuatu sebagai
syarat berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat. Meliputi pembentukan
susunan pemerintahan dan alat kelengkapan lainnya, seperti penentuan Presiden
dan wakilnya, Parlemen (DPR) dan badan peradilan. Sedang mengenai komponen
batas wilayah negara dan penduduk, hanya tinggal menunggu pengesahan.
http://masyarakatsejarahindonesia.blogspot.com/2009/10/pendudukan-jepang-dan-upaya-persiapan.html
Perang Dunia II
Perang Dunia II,
atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global
yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2
September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di
dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi
militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar
sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personel. Dalam keadaan
"perang total," pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang
ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus
perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang,
mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai
konflik paling mematikan dalam sejarah manusia.
Umumnya dapat
dikatakan bahwa peperangan dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan
berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika
Serikat. Secara resmi PD
II berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese
Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, 6 tahun setelah
perang dimulai.
Perang Dunia II
berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa. Berikut adalah data
pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.
Asia dan Pasifik
1937: Perang Sino-Jepang
Konflik perang
mulai di Asia beberapa tahun sesudah pertikaian di Eropa. Jepang telah menginvasi Cina pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1
Maret, Jepang menunjuk Henry
Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo, negara boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang dimulai ketika Jepang mengambil
alih Manchuria.
Roosevelt
menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada Mei
1940 yang mengijinkan personel militer AS
untuk mundur dari tugas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung
di Cina sebagai "American Volunteer Group" (AVG) (juga dikenal
sebagai Harimau Terbang Chennault). Selama tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang
berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah
kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap Burma. Dengan adanya
tindakan Amerika Serikat dan negara lainnya yang memotong ekspor
ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7
Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang;
sehingga mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan Jepang tiba di Hong
Kong, yang kemudian
menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di bulan
itu.
1940: Jajahan Perancis
Vichy
Pada 1940, Jepang menduduki Indocina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan dengan Pemerintahan
Vichy meskipun
secara lokal terdapat kekuatan Pembebasan Perancis (Forces
FranƧaises Libres/FFL), dan bergabung dengan kekuatan
Poros Jerman serta Italia. Aksi ini menguatkan konflik Jepang
dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan memboikot kiriman minyak terhadap Jepang.
1941: Pearl Harbor, A.S.
turut serta dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara
Pada 7
Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana
Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan
terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS terbesar di Pasifik.
Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan
tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang.
Bersamaan dengan
serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi
Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong
Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai ladang
minyak Hindia
Belanda. Seluruh wilayah
ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu
beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dan sejarah
yang paling memalukan bagi Britania.
1942: Invasi
Hindia-Belanda
Penyerbuan ke Hindia
Belanda diawali dengan
serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut
sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia
Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika
Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu mengakibatkan
kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.
Sejak peristiwa
ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia meskipun
demikian Sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia Belanda
agar tidak membuat Hindia Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini.
Jepang mengadakan
serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana
terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada
gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel
Doorman. Armada Gabungan
sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.
Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota
terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-Ciater, kota
Bandung yang menjadi
pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur,
tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai
garis pertahanan Porong.
Terancamnya kota
Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia
Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan perdamaian.
Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin oleh
Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan
Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral jhr
A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota
Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada
Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia
Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter
Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di Hindia
Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan
mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa
syarat kepada Jepang.
1942: Laut Coral, Port
Moresby, Midway, Guadalcanal
Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port
Moresby, Papua
Nugini digagalkan oleh
pasukan Sekutu dalam Perang
Laut Coral. Kalau saja
penguasaan Port Moresby berhasil, Angkatan
Laut Jepang dapat juga
menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan pertama yang berhasil
terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya menggunakan kapal
induk. Sebulan kemudian
invasi Atol Midway dapat dicegah dengan terpecahnya pesan rahasia
Jepang, menyebabkan pemimpin Angkatan Laut AS mengetahui target berikut Jepang
yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan Jepang kehilangan
empat kapal induk yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya,
sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal
induk. Kemenangan besar
buat AS ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.
Pendaratan AS di
Pasifik, Agustus 1942-Agustus 1945
Namun, dalam
bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang bertemu dengan
pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih,
menjalankan aksi perang dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai
tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika
Utara, Yunani dan Timur
Tengah.
Para pemimpin
Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi
Jerman adalah prioritas
utama masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai
menyerang wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau
Guadalcanal, melawan
tentara Jepang yang getir dan bertahan kukuh. Pada 7
Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika
Serikat. Pada akhir
Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal, sebuah
serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia
dalam Teluk
Milne, dan pasukan darat
Jepang menderita kekalahan meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal, pertahanan
Jepang runtuh pada Februari 1943.
Pasukan Australia
and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang
diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan
Solomon, New Guinea dan Hindia
Belanda, dan mengalami
beberapa perlawanan paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon
direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New Ireland pada tahun 1944.
Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir tahun 1944, Pertempuran
Teluk Leyte berkecamuk,
yang disebut sebagai perang
laut terbesar sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye
Borneo pertengahan tahun
1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia
Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu.
Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal
dagang Jepang, yang menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan
baku industri sendiri merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di
Asia. Keadaan ini semakin efektif setelah Marinir
AS merebut pulau-pulau
yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.
Tentara
Nasionalis Cina (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang
Kai-shek dan Tentara Komunis Cina dibawah Mao
Zedong, keduanya
sama-sama menentang pendudukan Jepang terhadap Cina, tetapi tidak pernah
benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah
lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai
batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang
telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara
Nasionalis Cina. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun suatu logistik udara
berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi Cina yang dipimpin dan
dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS,
membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma.
Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan
perang ini berperang
sampai terhenti di perbatasan Burma-India oleh Tentara
ke-14 Inggris yang
dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan serangan balik
dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan acuan
bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945–1949. Setelah merebut kembali
seluruh Burma, serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang
berakhir.
1945: Iwo Jima, Okinawa,
bom atom, penyerahan Jepang
Surat penyerahan
diri Jepang kepada Sekutu
Perebutan
pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang
berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Di antara kota-kota
lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam
penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di
seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk
yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada
rumah penduduk yang banyak terdapat pada masa itu. Tanggal 6
Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang
dipiloti oleh Kolonel Paul
Tibbets, Jr. melepaskan
satu bom
atom Little
Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan kota
tersebut.
Pada tanggal 8
Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang
terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi
Yalta, dan melancarkan
serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi
Badai Agustus). Tanggal 9
Agustus 1945,pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress "Bock's Car" yang dipiloti oleh
Mayor Charles
Sweeney melepaskan satu
bom atom Fat
Man di Nagasaki.
Kombinasi antara
penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan
faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum
mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom
pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14
Agustus 1945, menandatangani surat penyerahan pada
tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS
Missouri di teluk
Tokyo.
Afrika dan Timur Tengah
1940: Mesir dan Somaliland
Pertempuran di
Afrika Utara bermula pada 1940, ketika sejumlah kecil pasukan Inggris di Mesir memukul balik serangan pasukan Italia
dari Libya yang bertujuan untuk merebut Mesir
terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India, dan Australia
melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass), yang terhenti pada
1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth) dipindahkan ke Yunani untuk mempertahankannya
dari serangan Jerman. Tetapi pasukan Jerman yang belakangan dikenal sebagai Korps Afrika di bawah pimpinan Erwin
Rommel mendarat di Libya,
melanjutkan serangan terhadap Mesir.
1941: Suriah, Lebanon,
Korps Afrika merebut Tobruk
Pada Juni 1941 Angkatan
Darat Australia dan
pasukan Sekutu menginvasi Suriah dan Lebanon, merebut Damaskus pada 17
Juni. Di Irak, terjadi
penggulingan kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid
Ali yang pro-Nazi. Pemberontakan didukung oleh Mufti Besar Yerusalem, Haji Amin
al-Husseini. Oleh karena merasa garis belakangnya terancam, Inggris
mendatangkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan
pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Mufti Besar Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun kemudian
Inggris dan Uni Soviet menduduki Iran serta menggulingkan shah Iran yang
pro-Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi di atas kemudian melarikan diri ke
Eropa melalui Turki, di mana mereka kemudian bekerja sama dengan Hitler untuk
menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps Afrika dibawah Rommel melangkah maju
dengan cepat ke arah timur, merebut kota pelabuhan Tobruk. Pasukan Australia dan Inggris di kota
tersebut berhasil bertahan hingga serangan Axis berhasil merebut kota tersebut
dan memaksa Divisi Ke-8 (Eighth Army) mundur ke garis di El
Alamein.
1942: Pertempuran El
Alamein Pertama dan Kedua
Crusader tank Britania melewati Panzer IV Jerman
yang terbakar di tengah gurun
Pertempuran
El Alamein Pertama
terjadi di antara 1 Juli dan 27
Juli 1942. Pasukan Jerman sudah maju ke yang titik
pertahanan terakhir sebelum Alexandria dan Terusan
Suez. Namun mereka telah
kehabisan suplai, dan pertahanan Inggris dan Persemakmuran menghentikan arah
mereka.
Pertempuran
El Alamein Kedua terjadi
di antara 23 Oktober dan 3
November 1942 sesudah Bernard Montgomery menggantikan Claude
Auchinleck sebagai
komandan Eighth Army. Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tentara
Jerman, yang dikenal sebagai "Rubah Gurun", absen pada pertempuran luar biasa ini,
karena sedang berada dalam tahap penyembuhan dari sakit
kuning di Eropa.
Montgomery tahu Rommel absen. Pasukan Persemakmuran melancarkan serangan, dan
meskipun mereka kehilangan lebih banyak tank daripada Jerman ketika memulai
pertempuran, Montgomery memenangkan pertempuran ini.
Sekutu mempunyai
keuntungan dengan dekatnya mereka ke suplai mereka selama pertempuran.
Lagipula, Rommel hanya mendapat sedikit atau bahkan tak ada pertolongan kali
ini dari Luftwaffe, yang sekarang lebih ditugaskan dengan membela
angkasa udara Eropa Barat dan melawan Uni Soviet daripada menyediakan bantuan
di Afrika Utara untuk Rommel. Setelah kekalahan Jerman di El Alamein, Rommel
membuat penarikan strategis yang cemerlang ke Tunisia. Banyak sejarawan
berpendapat bahwa berhasilnya Rommel pada penarikan strategis Korps Afrika dari
Mesir lebih mengesankan daripada kemenangannya yang lebih awal, termasuk
Tobruk, karena dia berhasil membuat seluruh pasukannya kembali utuh, melawan
keunggulan udara Sekutu dan pasukan Persemakmuran yang sekarang diperkuat oleh
pasukan AS.
Pasukan Sekutu
mendarat, dalam serangan bernama sandi Operasi Obor.
1942: Operasi Obor (Torch
Operation), Afrika Utara Perancis
Untuk melengkapi
kemenangan ini, pada 8 November 1942 dilancarkanlah Operasi
Obor (Operation Torch)
dibawah pimpinan Jendral Dwight
Eisenhower. Tujuan utama
operasi ini adalah merebut kontrol terhadap Maroko dan Aljazair melalui pendaratan simultan di Casablanca, Oran, dan Aljazair, yang dilanjutkan beberapa hari kemudian
dengan pendaratan di BĆ“ne, gerbang menuju Tunisia.
Pasukan lokal di
bawah Perancis Vichy sempat melakukan perlawanan terbatas,
sebelum akhirnya bersedia bernegosiasi dan mengakhiri perlawanan mereka.
1943: Kalahnya Korps
Afrika
Korps Afrika
tidak mendapat suplai secara memadai akibat dari hilangnya pengapalan suplai
oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara Sekutu, terutama Inggris, di Laut Tengah.
Kekurangan persediaan ini dan tak adanya dukungan udara, memusnahkan kesempatan
untuk melancarkan serangan besar bagi Jerman di Afrika. Pasukan Jerman dan
Italia terjepit di antara pergerakan maju pasukan Sekutu di Aljazair dan Libya.
Pasukan Jerman yang sedang mundur terus melakukan perlawanan sengit, dan Rommel
mengalahkan pasukan AS pada Pertempuran
Kasserine Pass sebelum
menyelesaikan pergerakan mundur strategisnya menuju garis suplai Jerman. Dengan
pasti, bergerak maju baik dari arah timur dan barat, pasukan Sekutu akhirnya mengalahkan Korps Afrika Jerman
pada 13
Mei 1943 dan menawan 250.000 tentara Axis.
Setelah jatuh ke
tangan Sekutu, Afrika Utara dijadikan batu loncatan untuk menyerang Sisilia pada 10
Juli 1943. Setelah merebut Sisilia, pasukan Sekutu
melancarkan serangan ke Italia pada 3
September 1943. Italia menyerah pada 8
September 1943, tetapi pasukan Jerman terus bertahan
melakukan perlawanan. Roma
akhirnya dapat direbut pada 5 Juni 1944.
Eropa dan Rusia (Uni
Soviet)
1939: Invasi Polandia,
Invasi Finlandia
Salah satu foto bewarna Perang Dunia II yang selamat dari
40 juta foto hitam putih lainnya. Tampak di tengah-tengah Adolf
Hitler.
Perang Dunia II
mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia pada 1
September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal dengan
taktik Blitzkrieg, dengan memanfaatkan musim panas yang
menyebabkan perbatasan sungai dan rawa-rawa di wilayah Polandia kering yang
memudahkan gerak laju pasukan lapis baja Jerman serta mengerahkan ratusan pembom tukik
yang terkenal Ju-87 Stuka. Polandia yang sebelumnya pernah menahan Uni
Soviet pada tahun 1920-an
saat itu tidak memiliki kekuatan militer yang berarti. Kekurangan pasukan lapis
baja, kekurang siapan pasukan garis belakang dan koordinasinya dan lemahnya
Angkatan Udara Polandia menyebabkan Polandia sukar memberi perlawanan meskipun
masih memiliki 100 pesawat tempur namun jumlah itu tidak berarti melawan
Angkatan Udara Jerman "Luftwaffe". Perancis
dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman pada 3
September sebagai
komitment mereka terhadap Polandia pada pakta pertahanan Maret 1939.
Setelah mengalami
kehancuran disana sini oleh pasukan Nazi, tiba tiba Polandia dikejutkan oleh
serangan Uni Soviet pada 17 September dari timur yang akhirnya bertemu dengan
Pasukan Jerman dan mengadakan garis demarkasi sesuai persetujuan antara Menteri
Luar Negeri keduanya, Ribentrop-Molotov. Akhirnya Polandia menyerah kepada Nazi Jerman setelah kota Warsawa dihancurkan, sementara sisa sisa pemimpin
Polandia melarikan diri di antaranya ke Rumania. Sementara yang lain ditahan baik oleh
Uni Soviet maupun Nazi. Tentara Polandia terakhir dikalahkan pada 6
Oktober.
Jatuhnya Polandia
dan terlambatnya pasukan sekutu yang saat itu dimotori oleh Inggris dan Perancis yang saat itu dibawah komando Jenderal
Gamelin dari Perancis
membuat Sekutu akhirnya menyatakan perang terhadap Jerman. Namun juga
menyebabkan jatuhnya kabinet Neville
Chamberlain di Inggris
yang digantikan oleh Winston
Churchill. Ketika Hitler
menyatakan perang terhadap Uni Soviet, Uni Soviet akhirnya membebaskan tawanan
perang Polandia dan mempersenjatainya untuk melawan Jerman. Invasi ke Polandia
ini juga mengawali praktik-praktik kejam Pasukan
SS dibawah Heinrich
Himmler.
Perang Musim Dingin dimulai dengan invasi Finlandia oleh Uni
Soviet, 30
November 1939. Pada awalnya Finlandia mampu menahan
pasukan Uni Soviet meskipun pasukan Soviet memiliki jumlah besar serta dukungan
dari armada udara dan lapis baja, karena Soviet banyak kehilangan
jendral-jendral yang cakap akibat pembersihan yang dilakukan oleh Stalin pada saat memegang tampuk kekuasaan
menggantikan Lenin. Finlandia memberikan perlawanan yang
gigih yang dipimpin oleh Baron Carl
Gustav von Mannerheim
serta rakyat Finlandia yang tidak ingin dijajah. Bantuan senjata mengalir dari
negara Barat terutama dari tetangganya Swedia yang memilih netral dalam peperangan itu.
Pasukan Finlandia memanfaatkan musim dingin yang beku namun dapat bergerak
lincah meskipun kekuatannya sedikit (kurang lebih 300.000 pasukan). Akhirnya
Soviet mengerahkan serangan besar besaran dengan 3.000.000 tentara menyerbu
Finlandia dan berhasil merebut kota-kota dan beberapa wilayah Finlandia.
Sehingga memaksa Carl Gustav untuk mengadakan perjanjian perdamaian.
Ketika Hitler menyerang Rusia (Uni Soviet), Hitler juga
memanfaatkan pejuang-pejuang Finlandia untuk melakukan serangan ke kota St.
Petersburg.
1940: Invasi Eropa Barat,
Republik-republik Baltik, Yunani, Balkan
Perang Dunia II
di Eropa. Merah adalah Sekutu atau penguasaannya, Biru adalah Axis atau
penguasaannya, dan Hijau adalah Uni Soviet sebelum bergabung dengan Sekutu
tahun 1941.
Dengan tiba-tiba
Jerman menyerang Denmark dan Norwegia pada 9
April 1940 melalui Operasi WeserĆ¼bung, yang
terlihat untuk mencegah serangan Sekutu melalui wilayah tersebut. Pasukan
Inggris, Perancis, dan Polandia mendarat di Namsos, Andalsnes, dan Narvik untuk membantu Norwegia. Pada awal Juni,
semua tentara Sekutu dievakuasi dan Norwegia-pun menyerah.
Operasi Fall
Gelb, invasi Benelux dan Perancis, dilakukan oleh Jerman pada 10
Mei 1940, mengakhiri apa yang disebut dengan
"Perang Pura-Pura" (Phony War) dan memulai Pertempuran Perancis. Pada tahap awal invasi, tentara Jerman
menyerang Belgia, Belanda, dan Luxemburg untuk menghindari Garis
Maginot dan berhasil
memecah pasukan Sekutu dengan melaju sampai ke Selat
Inggris. Negara-negara
Benelux dengan cepat jatuh ke tangan Jerman, yang kemudian melanjutkan tahap
berikutnya dengan menyerang Perancis. Pasukan Ekspedisi
Inggris (British
Expeditionary Force) yang
terperangkap di utara kemudian dievakuasi melalui Dunkirk dengan Operasi
Dinamo. Tentara Jerman
tidak terbendung, melaju melewati Garis
Maginot sampai ke arah
pantai Atlantik, menyebabkan Perancis mendeklarasikan
gencatan senjata pada 22 Juni dan terbentuklah pemerintahan
boneka Vichy.
Pada Juni 1940,
Uni Soviet memasuki Latvia, Lituania, dan Estonia serta menganeksasi Bessarabia dan Bukovina
Utara dari Rumania.
Jerman bersiap
untuk melancarkan serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang disebut dengan
Pertempuran Inggris atau Battle
of Britain, perang
udara antara AU Jerman Luftwaffe melawan AU Inggris Royal
Air Force pada tahun
1940 memperebutkan kontrol atas angkasa Inggris. Jerman berhasil dikalahkan dan
membatalkan Operasi Singa Laut atau Seelowe untuk menginvasi daratan
Inggris. Hal itu dikarenakan perubahan strategi Luftwaffe dari menyerang landasan udara dan
industri perang berubah menjadi serangan besar-besaran pesawat pembom ke
London. Sebelumnya terjadi pemboman kota Berlin yang ddasarkan pembalasan atas
ketidaksengajaan pesawat pembom Jerman yang menyerang London. Alhasil pilot
peswat tempur Spitfire dan Huricane dapat beristirahat. Perang juga berkecamuk di
laut, pada Pertempuran
Atlantik kapal-kapal
selam Jerman (U-Boat) berusaha untuk menenggelamkan kapal dagang yang membawa suplai kebutuhan ke Inggris dari Amerika
Serikat.
Pada 27
September 1940, ditanda tanganilah pakta tripartit oleh Jerman, Italia, dan Jepang yang secara formal membentuk persekutuan
dengan nama (Kekuatan Poros).
Italia menyerbu Yunani pada 28
Oktober 1940 melalui Albania, tetapi dapat ditahan oleh pasukan Yunani
yang bahkan menyerang balik ke Albania. Hitler kemudian mengirim tentara untuk
membantu Mussolini berperang melawan Yunani. Pertempuran juga meluas
hingga wilayah yang dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia. Pasukan NAZI mendapat dukungan dari
sebagian Kroasia dan Bosnia, yang merupakan konflik laten di daerah itu
sepeninggal Kerajaan Ottoman. Namun Pasukan Nazi mendapat perlawanan
hebat dari kaum Nasionalis yang didominasi oleh Serbia dan beberapa etnis lainnya yang dipimpin
oleh Josip Broz Tito. Pertempuran dengan kaum Nazi merupakan
salah satu bibit pertempuran antar etnis di wilayah bekas Yugoslavia pada
dekade 1990-an.
1941: Invasi Uni Soviet
Operasi Barbarossa, invasi Uni Soviet dilakukan oleh Jerman
1944: Serangan Balik
1945: Runtuhnya Kekuasaan
Nazi Jerman
Pada akhir bulan
april 1945, ibukota Jerman yaitu Berlin sudah dikepung oleh Uni Soviet dan pada
tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri
bersama dengan istrinya Eva Braun di dalam bunkernya, sehari sebelumnya Adolf
Hitler menikahi Eva
Braun, dan setelah mati
memerintah pengawalnya untuk membakar mayatnya. Setelah menyalami setiap
anggotanya yang masih setia. Pada tanggal 2 Mei, Karl
Dƶnitz diangkat menjadi
pemimpin menggantikan Adolf Hitler dan menyatakan Berlin menyerah pada tanggal itu
juga. Disusul Pasukan Jerman di Italia yang menyerah pada tanggal 2 juga.
Pasukan Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda menyerah tanggal 4.
Sisa pasukan Jerman dibawah pimpinan Alfred Jodl menyerah tanggal 7 mei di Rheims, Perancis. Tanggal 8 Mei, penduduk di negara-negara
sekutu merayakan hari kemenangan, tetapi Uni
Soviet merayakan hari
kemenangan pada tanggal 9 Mei dengan tujuan politik.
Akibat perang
Jumlah korban
meninggal dalam Perang Dunia II. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
korban kelima terbanyak, yang hampir semuanya adalah dari rakyat sipil
Bidang Politik
Amerika Serikat dan Uni
Soviet menjadi negara
pemenang dalam Perang Dunia II dan tumbuh menjadi negara adikuasa (superpower).
Bidang Ekonomi
Dalam bidang
ekonomi terjadi depresi yang sangat luas. Pengangguran terjadi di mana-mana.
Negara yang kalah perang kekurangan modal untuk membangun kembali negaranya.
Amerika Serikat menawarkan berbagai bantuan program pembangunan (penanaman
modal dan pinjaman modal). Berikut ini berbagai bentuk bantuan ekonomi dari
Amerika Serikat.
Point Four
Truman diarahkan untuk
bantuan bagi negara-negara yang masih terbelakang, terutama di Asia.
Colombo Plan yang disponsori Inggris ingin membentuk
kerja sama ekonomi dan kebudayaan.
Bidang Sosial dan
Kerohanian
Menimbulkan
bencana besar bagi umat manusia, kerugian harta benda, dan nyawa sangat besar.
Banyak anak kehilangan orang tua dan orang cacat korban perang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II
Zainal Mustafa
K.H. Zainal
Mustafa (lahir di Bageur, Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya, 1899 – meinggal di Jakarta, 28
Maret 1944) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Tasikmalaya.
Zaenal Mustofa
adalah pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa
Barat yang mengadakan
pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang. Nama kecilnya Hudaeni. Lahir dari
keluarga petani berkecukupan, putra pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah, di kampung
Bageur, Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna (kini termasuk wilayah Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame) Kabupaten Tasikmalaya (ada yang menyebut ia lahir tahun 1901
dan Ensiklopedia Islam menyebutnya tahun 1907, sementara tahun yang
tertera di atas diperoleh dari catatan Nina
Herlina Lubis, Ketua
Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat). Namanya menjadi Zaenal
Mustofa setelah ia
menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.
Hudaeni memperoleh
pendidikan formal di Sekolah
Rakyat. Dalam bidang
agama, ia belajar mengaji dari guru agama di kampungnya. Kemampuan ekonomis
keluarga memungkinkannya untuk menuntut ilmu agama lebih banyak lagi. Pertama
kali ia melanjutkan pendidikannya ke pesantren di Gunung Pari di bawah
bimbingan Dimyati, kakak sepupunya, yang dikenal dengan nama KH. Zainal Muhsin.
Dari Gunung Pari, ia kemudian mondok di Pesantren Cilenga, Leuwisari, dan di
Pesantren Sukamiskin, Bandung. Selama kurang lebih 17 tahun ia terus menggeluti
ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Karena itulah ia mahir
berbahasa Arab dan memiliki pengetahuan keagamaan yang luas.
Lewat ibadah
haji, ia berkenalan dengan ulama-ulama terkemuka. Ia pun mengadakan tukar
pikiran soal keagamaan dan berkesempatan melihat pusat pendidikan keagamaan di Tanah
Suci. Kontak dengan dunia
luar itu mendorongnya untuk mendirikan sebuah pesantren. Maka sekembalinya dari
ibadah haji, tahun 1927, ia mendirikan pesantren di Kampung Cikembang dengan
nama Sukamanah. Sebelumnya, di Kampung Bageur tahun 1922 telah
berdiri pula Pesantren Sukahideng yang didirikan KH.
Zainal Muhsin. Melalui
pesantren ini ia menyebarluaskan agama Islam, terutama paham Syafi’i yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam Jawa
Barat pada khususnya.
Di samping itu,
ia juga mengadakan beberapa kegiatan keagamaan ke pelosok-pelosok desa di Tasikmalaya dengan cara mengadakan ceramah-ceramah
agama. Maka sebutan kiai pun menjadi melekat dengan namanya. KH. Zaenal Mustofa
terus tumbuh menjadi pemimpin dan anutan yang karismatik, patriotik, dan
berpandangan jauh ke depan. Tahun 1933, ia masuk Jamiyyah Nahdhatul Ulama (NU)
dan diangkat sebagai wakil ro’is Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.
Perlawanan kepada
penjajah
Sejak tahun 1940,
KH. Zaenal Mustofa
secara terang-terangan mengadakan kegiatan yang membangkitkan semangat
kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah. Ia selalu
menyerang kebijakan politik kolonial Belanda yang kerap disampaikannya dalam ceramah
dan khutbah-khutbahnya. Atas perbuatannya ini, ia selalu mendapat peringatan,
dan bahkan, tak jarang diturunkan paksa dari mimbar oleh kiai yang pro Belanda.
Setelah Perang
Dunia II, tepatnya pada
17 November 1941, KH. Zaenal Mustofa bersama KH. Ruhiat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan telah menghasut rakyat
untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka ditahan di Penjara
Tasikmalaya dan sehari kemudian dipindahkan ke
penjara Sukamiskin Bandung, dan baru bebas 10 Januari 1942.
Kendati sudah
pernah ditahan, aktivitas perlawanannya terhadap penjajah tidak surut. Akhir
Februari 1942, KH. Zaenal Mustofa bersama Kiai Rukhiyat kembali ditangkap dan dimasukkan ke
penjara Ciamis. Kedua ulama ini menghadapi tuduhan yang
sama dengan penangkapannya yang pertama. Hingga pada waktu Belanda menyerah kepada Jepang, ia masih mendekam di penjara.
Pada tanggal 8
Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda berakhir dan Indonesia diduduki Pemerintah Militer Jepang. Oleh penjajah yang baru ini, KH. Zaenal Mustofa
dibebaskan dari penjara, dengan harapan ia akan mau membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya, yaitu
menciptakan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi, apa
yang menjadi harapan Jepang tidak pernah terwujud karena KH. Zaenal Mustofa
dengan tegas menolaknya. Dalam pidato singkatnya, pada upacara penyambutan
kembali di Pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan santrinya agar tetap
percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh propaganda asing. Ia
malah memperingatkan bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme
Belanda.
Pasca perpindahan
kekuasaan dari Belanda ke Jepang, sikap dan pandangannya itu tidak pernah berubah.
Bahkan, kebenciannya semakin memuncak saja manakala menyaksikan sendiri
kezaliman penjajah terhadap rakyat.
Pada masa pemerintahan
Jepang ini, ia menentang pelaksanaan seikeirei,
cara memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan menundukkan badan ke arah Tokyo.
Ia menganggap perbuatan itu bertentangan dengan ajaran Islam dan merusak tauhid
karena telah mengubah arah kiblat. Sikap ini pernah ia tunjukkan secara
terang-terangan di muka Jepang. Pada waktu itu, semua alim ulama Singaparna
harus berkumpul di alun-alun dan semua diwajibkan melakukan seikerei. Di bawah
todongan senjata, semua ulama terpaksa melakukan perintah itu, hanya KH. Zaenal Mustofa
yang tetap membangkang. Ia juga mengatakan kepada Kiai Rukhiyat, yang hadir
pada waktu itu, bahwa perbuatan tersebut termasuk musyrik.
Menurutnya,
orang-orang musyrik itu tidak perlu ditakuti, apalagi diikuti perintahnya. Sebaliknya,
mereka justeru harus diperangi dan dimusnahkan dari muka bumi. Ia yakin bahwa
dalam Islam hanya Allah Swt lah yang patut ditakuti dan dituruti; Allah Swt
selalu bersama-sama orang yang mau dekat kepada-Nya dan selalu memberikan
pertolongan dan kekuatan kepada orang-orang yang mau berjuang membela agamanya.
Ia berprinsip lebih baik mati ketimbang menuruti perintah Jepang. Keyakinan seperti ini senantiasa
ditanamkan kepada para santrinya dan masyarakat Islam sekitarnya. Ia juga
menentang dan mengecam romusha, pengerahan tenaga rakyat untuk bekerja dengan
paksa.
Dengan semangat
jihad membela kebenaran agama dan memperjuangkan bangsa, KH. Zaenal Mustofa
merencanakan akan mengadakan perlawanan terhadap Jepang pada tanggal 25 Pebruari 1944 (1 Maulud
1363 H). Mula-mula ia akan menculik para pembesar Jepang di Tasikmalaya, kemudian melakukan sabotase, memutuskan
kawat-kawat telepon sehingga militer Jepang tidak dapat berkomunikasi, dan terakhir,
membebaskan tahanan-tahanan politik. Untuk melaksanakan rencana ini, KH. Zaenal Mustofa
meminta para santrinya mempersiapkan persenjataan berupa bambu runcing dan
golok yang terbuat dari bambu, serta berlatih pencak silat. Kiai juga
memberikan latihan spiritual (tarekat) seperti mengurangi makan, tidur, dan
membaca wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Persiapan para
santri ini tercium Jepang. Segera mereka mengirim camat Singaparna disertai
11 orang staf dan dikawal oleh beberapa anggota polisi untuk melakukan
penangkapan. Usaha ini tidak berhasil. Mereka malah ditahan di rumah KH. Zaenal Mustofa.
Keesokan harinya, pukul 8 pagi tanggal 25 Februari 1944, mereka dilepaskan dan
hanya senjatanya yang dirampas.
Tiba-tiba,
sekitar pukul 13.00, datang empat orang opsir Jepang meminta agar KH. Zaenal Mustofa
menghadap pemerintah Jepang di Tasikmalaya. Perintah tersebut ditolak tegas sehingga
terjadilah keributan. Hasilnya, tiga opsir itu tewas dan satu orang dibiarkan
hidup. Yang satu orang ini kemudian disuruh pulang dengan membawa ultimatum.
Dalam ultimatum itu, pemerintah Jepang dituntut untuk memerdekakan Pulau
Jawa terhitung mulai 25
Pebruari 1944. Dalam insiden itu, tercatat pula salah seorang santri bernama
Nur menjadi korban, karena terkena tembakan salah seorang opsir. Setelah
kejadian tersebut, menjelang waktu salat Asar (sekitar pukul 16.00) datang
beberapa buah truk mendekati garis depan pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah sangat terkejut setelah tampak dengan jelas bahwa
yang berhadapan dengan mereka adalah bangsa sendiri. Rupanya Jepang telah mempergunakan taktik adu domba.
Melihat yang datang menyerang adalah bangsa sendiri, Zaenal Mustofa
memerintahkan para santrinya untuk tidak melakukan perlawanan sebelum musuh
masuk jarak perkelahian. Setelah musuh mendekat, barulah para santri menjawab
serangan mereka. Namun, dengan jumlah kekuatan lebih besar, ditambah peralatan
lebih lengkap, akhirnya pasukan Jepang berhasil menerobos dan memorak-porandakan
pasukan Sukamanah. Peristiwa ini dikenal dengan Pemberontakan
Singaparna.
Para santri yang
gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang. Meninggal di Singaparna karena
disiksa sebanyak 4 orang. Meninggal di penjara Tasikmalaya karena disiksa sebanyak 2 orang.
Meninggal di Penjara Sukamiskin Bandung sebanyak 38 orang, dan yang mengalami
cacat (kehilangan mata atau ingatan) sebanyak 10 orang.
Pun, sehari
setelah peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam
penjara di Tasikmalaya. Sementara itu, KH. Zaenal Mustofa
sempat memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh
pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang
pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zaenal Mustofa.
Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH. Zaenal Mustofa
sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu
rimbanya.
Besarnya pengaruh
KH Zaenal Mustofa dalam pembentukan mental para santri dan masyarakat serta
peranan pesantrennya sebagai lembaga pendidikan dan pembinaan umat membuat
pemerintah Jepang merasa tidak bebas jika membiarkan
pesantren ini tetap berjalan. Maka, setelah peristiwa pemberontakan tersebut,
pesantren ini ditutup oleh Jepang dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
apapun.
Belakangan,
Kepala Erevele Belanda Ancol, Jakarta memberi kabar bahwa KH. Zaenal Mustofa
telah dieksekusi pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda
Ancol, Jakarta. Melalui penelusuran salah seorang santrinya, Kolonel Syarif
Hidayat, pada tahun 1973 keberadaan makamnya itu ditemukan di daerah Ancol,
Jakarta Utara, bersama makam-makam para santrinya yang berada di antara
makam-makam tentara Belanda. Lalu, pada 25 Agustus 1973, semua makam itu
dipindahkan ke Sukamanah,
Tasikmalaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Zainal_Mustafa
Pemberontakan PETA Blitar
Pemberontakan PETA Blitar pecah pada 14 Februari 1945.
Sejatinya, pemberontakan dilakukan lebih awal, yakni 5 Februari 1945 saat
dilakukan latihan bersama (Daidan) batalyon PETA Jawa Timur di Tuban. Namun,
rencana ini gagal, karena Jepang mendadak membatalkan jalannya latihan. Perwira
PETA yang terlanjur datang ke Tuban dipulangkan masing-masing ke kotanya.
Rencana pemberontakan PETA sendiri sesungguhnya datang dari akumulasi kekecewaan para kadet PETA terhadap Jepang. Di lapangan, mereka kerap menjumpai tindak sewenang-wenang tentara Jepang kepada pribumi, sementara dalam latihan ketentaraan, Jepang selain keras juga melakukan diskriminasi, seperti keharusan menghormat tentara Jepang meski pangkatnya lebih rendah.
Adalah Supriyadi yang menjadi motor rencana pemberontakan. Sebetulnya ia hanya seorang Shudanco (komandan peleton). Atasannya masih ada Cudanco (komandan kompi) Ciptoharjono dan Daidanco (komandan batalyon) Soerahmad. Namun, tak bisa dipungkiri, inisiatif dan otak pemberontakan ada di tangan Supriyadi. Ia menggandeng beberapa rekan Shudanco yang sepaham.
Syahdan pada 9 Februari 1945, Supriyadi menemui guru spiritualnya, Mbah Kasan Bendo. Ia mengutarakan maksud untuk melawan Jepang. Konon, saat itu Kasan Bendo memintanya untuk bersabar dan menunda gerakan hingga 4 bulan. "Tapi kalau ananda mau juga melawan tentara Jepang sekarang, saya hanya dapat memberikan restu kepadamu, karena perjuanganmu itu adalah mulia."
Rencana pemberontakan PETA sendiri sesungguhnya datang dari akumulasi kekecewaan para kadet PETA terhadap Jepang. Di lapangan, mereka kerap menjumpai tindak sewenang-wenang tentara Jepang kepada pribumi, sementara dalam latihan ketentaraan, Jepang selain keras juga melakukan diskriminasi, seperti keharusan menghormat tentara Jepang meski pangkatnya lebih rendah.
Adalah Supriyadi yang menjadi motor rencana pemberontakan. Sebetulnya ia hanya seorang Shudanco (komandan peleton). Atasannya masih ada Cudanco (komandan kompi) Ciptoharjono dan Daidanco (komandan batalyon) Soerahmad. Namun, tak bisa dipungkiri, inisiatif dan otak pemberontakan ada di tangan Supriyadi. Ia menggandeng beberapa rekan Shudanco yang sepaham.
Syahdan pada 9 Februari 1945, Supriyadi menemui guru spiritualnya, Mbah Kasan Bendo. Ia mengutarakan maksud untuk melawan Jepang. Konon, saat itu Kasan Bendo memintanya untuk bersabar dan menunda gerakan hingga 4 bulan. "Tapi kalau ananda mau juga melawan tentara Jepang sekarang, saya hanya dapat memberikan restu kepadamu, karena perjuanganmu itu adalah mulia."
Pesan itu disampaikan Supriyadi kepada rekan-rekannya. Setelah sempat menemui pimpinan PUTERA, Soekarno dan gagal mendapat restu, Supriyadi mengadakan rapat terakhirnya 13 Februari 1945 di kamar Shudanco Halir Mangundjidjaja. Hadir Shudanco Moeradi, Chudanco Ismangil, Bundanco Soenanto dan Bundanco Soeparjono. Hasilnya, pemberontakan akan dilakukan besok. Mereka masing-masing tahu risikonya bila gagal, paling ringan disiksa dan paling berat hukuman mati.
Rencana ini terkesan tergesa-gesa karena Supriyadi dan rekan-rekannya khawatir tindak tanduk mereka telah dimonitor Jepang. Shudanco Halir menceritakan di Blitar baru saja datang satu gerbong anggota Kempetai yang baru datang dari Semarang. Mereka menginap di Hotel Sakura. Supriyadi cs menduga, kedatangan Kempetai untuk menangkap dirinya dan rekan-rekannya.
14 Februari 1945, pukul 03.00, senjata dan peluru dibagi-bagikan ke anggota PETA. Jumlah yang ikut serta 360 orang. Setengah jam kemudian, Bundanco Soedarmo menembakkan mortir ke Hotel Sakura. Hotel direbut dan tentara PETA menurunkan slogan "Indonesia Akan Merdeka" (janji proganda Jepang) dan menggantinya dengan spanduk "Indonesia Sudah Merdeka." Merah putih juga dikibarkan.
Pasukan PETA melucuti senjata para polisi dan membebaskan tawanan dari penjara. Beberapa orang Jepang yang ditemui dibunuh. Mereka lalu bergerak menyebar ke tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun entah kenapa, rencana penyebaran malah gagal. Seluruh pasukan PETA seusai serangan justru berkumpul di Hutan Ngancar, perbatasan Kediri.
Sejak awal, Jepang berhati-hati dalam menangani pemberontakan PETA. Mereka tidak terlalu ofensif dan cenderung menggunakan jalan persuasif untuk menjinakkan Supriyadi dan rekan-rekannya. Hal ini dilakukan demi menghindari tersulutnya kemarahan Daidan (Batalyon) PETA yang lain yang bisa saja malahan membuat pemberontakan meluas dan merembet ke mana-kemana.
Setelah kota Blitar berhasil diduduki kembali, langkah diplomasi pun dibuat. Kolonel Katagiri yang ditunjuk untuk memimpin operasi penumpasan mendatangi pasukan Supriyadi yang bertahan di Hutan Ngancar, perbatasan Kediri. Di Sumberlumbu, Katagiri bertemu dengan Muradi, salah satu pemimpin pemberontak. Pasukan PETA menawarkan penyerahan diri bersyarat. Adapun syaratnya adalah:
Mempercepat kemerdekaan Indonesia
Para tentara PETA yang terlibat pemberontakan takkan dilucuti
senjatanya.
Aksi tentara PETA yang dilakukan pada 14 Februari 1945 di
Kota Blitar takkan dimintai pertanggungjawaban.
Katagiri menyetujui syarat tersebut. Sebagai tanda sepakat, ia menyerahkan pedang perwiranya kepada Muradi untuk disimpan. Muradi beserta seluruh pasukannya kembali ke Blitar.
Nah, pada saat kembali dari Ngancar inilah, Supriyadi terakhir kali terlihat. Persisnya ia hilang di dukuh Panceran, Ngancar. Ada dugaan dia diculik secara diam-diam dan dibunuh Jepang di Gunung Kelud, namun berkembang juga isu bahwa Supriyadi sengaja melarikan diri. Mungkin ia memang sudah tak yakin Jepang akan memenuhi syarat yang diajukan PETA.
Jika itu yang ia rasakan, Supriyadi benar. Kesepakatan Sumberlumbu ternyata tak diakui oleh pimpinan tentara Jepang di Jakarta. Mereka meminta Kempetai tetap memproses para pelaku diproses. Dari hasil pilah memilah dan negosiasi, diberangkatkanlah 78 tentara PETA ke Jakarta untuk menghadapi pengadilan militer Jepang. Anggota lain yang terlibat hanya dikarantina di mess.
Hasil dari sidang militer, sebanyak 6 orang dijatuhi hukuman mati, 6 orang diganjar hukuman seumur hidup dan sisanya dihukum antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Tak lama kemudian, Shudanco Moeradi, Chudanco Ismangil, Shudanco Halir Mangkoedjidjaja, Bundanco Soenanto dan Bundanco Soeparjono menjalani eksekusi mati dengan dipenggal kepalanya di Eereveld, Ancol.
Bagaimana dengan Supriyadi? Sejak ia menghilang, ia tak pernah menunjukkan batang hidungnya kembali. Supriyadi sendiri pernah berpesan kepada ibunya beberapa hari sebelum pecahnya pemberontakan, apabila ia tidak kembali ke rumah dalam waktu 5 tahun, itu tandanya dirinya sudah meninggal dunia.
Apa benar Supriyadi telah gugur? Yang jelas, fakta bahwa jasadnya tak pernah diketemukan berbanding dengan penunjukannya sebagai panglima tentara Indonesia yang pertama menjadi bahan menarik sebagai komoditi misteri hingga kini. Komoditi yang juga sama dengan kasus raibnya Tan Malaka sebelum dipecahkan oleh sejarawan Belanda, Dr Harry Poeze
Pemerintah Belum Dapat Laporan Misteri Supriyadi
Hingga saat ini pemerintah belum mendapat laporan mengenai adanya seorang pria sepuh bernama Andaryoko Wisnu Prabu yang mengaku sebagai Supriyadi. Yang jelas, pemerintah sudah menetapkan Supriyadi sebagai pahlawan nasional.
Hingga saat ini pemerintah belum mendapat laporan mengenai adanya seorang pria sepuh bernama Andaryoko Wisnu Prabu yang mengaku sebagai Supriyadi. Yang jelas, pemerintah sudah menetapkan Supriyadi sebagai pahlawan nasional.
"Belum ada laporan apa-apa," kata Mensesneg Hatta Rajasa saat dihubungi detikcom, Selasa (12/8/2008). Hatta ditanya mengenai apakah pemerintah sudah mendapat laporan mengenai adanya pemunculan Supriyadi, pejuang PETA yang menghilang sejak 63 tahun lalu.
Menurut Hatta, selama ini yang ia ketahui bahwa Supriyadi telah gugur. "Itu yang saya dapat sejak sekolah dulu. Kalau ada orang yang mengaku Supriyadi, saya baru dengar," kata Hatta. Dia membenarkan bahwa pemerintah telah memberikan gelar pahlawan bagi Supriyadi.
Saat ditanya lebih lanjut apakah pemerintah akan membentuk tim khusus untuk meneliti pengakuan Andaryoko Wisnu Prabu atau malah akan memanggil Andaryoko, Hatta belum berani berkomentar. Sebab, saat ini memang Hatta belum mendapat laporan mengenai hal itu.
Andaryoko Wisnu Prabu membuka identitas asli ke publik di usia 89 tahun. Selama ini dia menyembunyikan identitasnya sebagai Supriyadi, pejuang PETA. Dia memiliki bukti-bukti kuat bahwa dirinya memang Supriyadi.
Bendera Proklamasi dari Gordyn, Tiang Bambu Bekas Jemuran
Menjelang kemerdekaan 17 Agustus 1945, situasi serba darurat. Kain putih yang digunakan sebagai bendera berasal dari gordyn, sedangkan tiang bendera merupakan bambu bekas jemuran pakaian.
Demikian penuturan Andaryoko Wisnuprabu yang mengaku sebagai pejuang PETA, Supriyadi, ketika ditemui detikcom dan The Jakarta Post di rumahnya, Selasa (12/8/2008).
"Saat itu kan pagi-pagi sekali. Tidak mungkin ada penjual kain atau bambu. Akhirnya, kain putih diambilkan dari gordyn dan bambu jemuran sebagai tiang benderanya," katanya.
Andaryoko tidak ingat betul darimana kain merahnya. Namun ia yakin itu juga kain bekas. Bendera itu dijahit oleh Fatmawati.
Rencananya proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas, Jakarta). Namun ternyata lapangan tersebut diblokir tentara Jepang.
"Kurir yang dikirim Bung Karno menjelaskan, lapangan tersebut dipenuhi tentara Jepang. Ini artinya, info (rencana proklamasi) sudah bocor," jelasnya.
Akhirnya, pembacaan proklamasi dilakukan di halaman rumah Bung Karno, Jalan Pegangsaan Timur No 56. Microphone kecil yang dipakai dalam upacara itu adalah milik Bung Karno yang diambilkan dari radio
http://www.bluefame.com/topic/123576-pemberontakan-peta-blitar/
Kebangkitan Nasional Indonesia
Monumen
Kebangkitan Nasional di Solo
Kebangkitan
Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan,
dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik
Indonesia, yang
sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting
yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20
Mei 1908) dan ikrar Sumpah
Pemuda (28
Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik
etis yang mulai
diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Tokoh-Tokoh
Tokoh-tokoh yang
mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :
Ir. Soekarno
dr. Douwes Dekker
dan Lain-Lain
Asal Usul Kebangkitan
Nasional
Selanjutnya pada 1912 berdirilah Partai
Politik pertama Indische
Partij. Pada tahun ini
juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad
Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi
Poetra di Magelang.Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia
bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi diawalai dengan berdirinya
Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.Sarekat ini awalnya
berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.Kemudian
berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama
menjadi Sarekat Islam.
Suwardi
Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi
Poetera, menulis Als
ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20
Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia
Belanda merayakan 100
tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih",
keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu
pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_Nasional_Indonesia
Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan
Rakyat (disingkat BKR) adalah angkatan bersenjata pertama yang dibentuk setelah Indonesia merdeka. Pembentukan BKR dilakukan
melalui sidang PPKI tanggal 22
Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 23
Agustus 1945.
Anggota BKR saat
itu adalah para pemuda Indonesia yang sebelumnya telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela
Tanah Air (PETA), KNIL dan lain sebagainya. Yang diangkat
menjadi komandan BKR adalah Arudji Kartawinata . Melalui Dekrit Presiden tanggal 5
Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada perkembangannya, nama
angkatan bersenjata Indonesia ini mengalami beberapa kali perubahan nama hingga
akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Keamanan_Rakyat
Vereenigde Oostindische Compagnie
Vereenigde
Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan
Hindia Timur Belanda) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20
Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia
Barat. Perusahaan ini
dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun
sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini
istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri
yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi
dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
VOC terdiri 6
Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul
sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan
delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka
bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di Indonesia VOC
memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie
dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat
Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena penindasannya
dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Latar belakang
Datangnya orang
Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco
da Gama, yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung
Pengharapan (Cape of Good
Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan
pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang
selama ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya,
tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke
Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan
dengan politik pemukiman -kolonisasi- dilakukan oleh Belanda dengan
kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan CuraƧao, tujuan Belanda sejak awal adalah murni
kolonisasi (pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal
kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.
Selama abad ke 16
perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan Lisbon
sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota Antwerp
memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi
setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama dengan
firma-firma dari Jerman, Spanyol dan Italia menggunakan Hamburg sebagai
pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan barang-barang dari Asia,
memindah jalur perdagangan tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan
yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang
terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada
meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang
sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi
Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan
rempah-rempah Interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia"
pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada
tahun 1595-1597.
Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar menuju Indonesia, dan merupakan
kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini mencapai Banten,
pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam perseteruan
dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur
melalui pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu
berakibat pada kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan dengan
penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal.
Setelah kehilangan separuh awak maka pada tahun berikutnya mereka memutuskan
untuk kembali ke Belanda namun rempah-rempah yang dibawa cukup untuk
menghasilkan keuntungan.
Adalah para
pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang
di Asia pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The British East India Company dan berpusat di Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Perancis pun tak mau ketinggalan dan mendirikan French
East India Company tahun 1604.
Pada 20 Maret
1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC
(Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di
antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris,
Perancis dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur.
Untuk menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC
diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu,
VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih
berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang
terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan
dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.
Perusahaan ini
mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di
tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan
rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan
Banda di mana VOC
manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk
mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan
massal.
Pos perdagangan
yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang
Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk
mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter
Both diangkat menjadi Gubernur
Jenderal VOC pertama
(1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC.
Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi
Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).
Hak istimewa
Hak monopoli
untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung
Harapan dan sebelah barat
Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk
kepentingan sendiri;
Hak kedaulatan
(soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:
memelihara
angkatan perang,
memaklumkan
perang dan mengadakan perdamaian,
merebut dan
menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
memerintah
daerah-daerah tersebut,
menetapkan/mengeluarkan
mata-uang sendiri, dan
memungut pajak.
Sebuah saham
Perusahaan Hindia Timur Belanda, tertanggal 7 November 1623, untuk jumlah 2.400
florin
Garis waktu
Pada 1652, Jan
van Riebeeck mendirikan
pos di Tanjung Harapan (ujung selatan Afrika, sekarang ini Afrika
Selatan) untuk
menyediakan kapal VOC untuk perjalanan mereka ke Asia Timur. Pos ini kemudian
menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang Belanda dan Eropa
lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan di Persia (sekarang Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan sebagian India), Ceylon (sekarang Sri
Lanka), Malaka (sekarang Malaysia), Siam (sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa (sekarang Taiwan) dan selatan India. Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.
Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya
dalam sepanjang sejarah, dengan lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang,
50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi dengan 10.000 tentara, dan
pembayaran dividen 40%.
Perusahaan ini
hampir selalu terjadi konflik dengan Inggris; hubungan keduanya memburuk ketika
terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada abad
ke-18, kepemilikannya
memusatkan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi
Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesulitan finansial,
dan pada 17
Maret 1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah
Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon Bonaparte dari Perancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan
Belanda oleh Kongres
Wina di 1815.
Tujuan VOC
Tujuan utama
dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15
Januari 1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada
musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang
hendak merebut dominasi perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC
bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.
Pembubaran VOC
Pada pertengahan
abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga dibubarkan.
Alasannya adalah sebagai berikut:
Banyak pegawai
VOC yang curang dan korupsi
Banyak
pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa
Banyaknya gaji
yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
Pembayaran
Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan
VOC kekurangan
Perubahan politik
di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal
menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan
alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7
juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa
kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Vereenigde_Oostindische_Compagnie
Sultan Agung dari Mataram
Sultan Agung Adi
Prabu Hanyakrakusuma (Bahasa Jawa: Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta
(Plered, Bantul), Kesultanan Mataram, 1645) adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram
berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.
Atas jasa-jasanya
sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3
November 1975.
Silsilah keluarga
Nama aslinya
adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang.
Merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu
Mas Adi Dyah Banawati.
Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran
Benawa raja Pajang.
Versi lain
mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran
Purbaya (kakak Prabu
Hanyakrawati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan
istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banawati. Versi ini adalah pendapat
minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan.
Sebagaimana
umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri utama.
Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat atau
"Pangeran Alit". Sedangkan yang menjadi Ratu Wetan adalah putri Adipati Batang (cucu Ki
Juru Martani) yang
melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat
I).
Gelar yang Dipakai
Pada awal
pemerintahannya, Raden Mas Rangsang bergelar "Panembahan Hanyakrakusuma"
atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Kemudian setelah menaklukkan Madura tahun 1624, ia mengganti gelarnya menjadi "Susuhunan
Agung Hanyakrakusuma", atau disingkat "Sunan Agung Hanyakrakusuma".
Setelah 1640-an
beliau menggunakan gelar "Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman".
Pada tahun 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab. Gelar tersebut adalah "Sultan
Abdullah Muhammad Maulana Mataram", yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah,
Untuk mudahnya,
nama yang dipakai dalam artikel ini adalah nama yang paling lazim dan populer,
yaitu "Sultan Agung".
Awal pemerintahan
Raden Mas
Rangsang naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun menggantikan
adiknya(beda ibu), Adipati
Martapura, yang hanya
menjadi Sultan Mataram selama satu hari. Sebenarnya secara teknis Raden Mas
Rangsang adalah Sultan ke-empat Kesultanan Mataram, namun secara umum dianggap
sebagai Sultan ke-tiga karena adiknya yang menderita tuna
grahita diangkat hanya
sebagai pemenuhan janji ayahnya, Panembahan Hanyakrawati kepada istrinya, Ratu Tulungayu. Setelah pengangkatannya menjadi sultan,
dua tahun kemudian, patih senior Ki
Juru Martani wafat karena
usia tua, dan kedudukannya digantikan oleh Tumenggung
Singaranu.
Ibu kota Mataram saat itu masih berada di Kota
Gede. Pada tahun 1614 mulai dibangun istana baru di desa Karta, sekitar 5 km di sebelah barat daya Kota
Gede, yang kelak mulai ditempati pada tahun 1618.
Saingan besar
Mataram saat itu tetap Surabaya dan Banten. Pada tahun 1614 Sultan Agung mengirim
pasukan menaklukkan sekutu Surabaya, yaitu Lumajang. Dalam perang di Sungai Andaka,
Tumenggung Surantani dari Mataram tewas oleh Panji Pulangjiwa menantu Rangga
Tohjiwa bupati Malang. Lalu Panji Pulangjiwa sendiri mati terjebak
perangkap yang dipasang Tumenggung Alap-Alap.
Pada tahun 1615 Sultan Agung memimpin langsung penaklukan
Wirasaba ibukota Majapahit (sekarang Mojoagung, Jombang). Pihak Surabaya mencoba membalas.
Adipati Pajang juga berniat mengkhianati Mataram namun
masih ragu-ragu untuk mengirim pasukan membantu Surabaya. Akibatnya, pasukan
Surabaya dapat dihancurkan pihak Mataram pada Januari 1616 di desa Siwalan.
Kemenangan Sultan
Agung berlanjut di Lasem dan Pasuruan tahun 1616. Kemudian pada tahun 1617 Pajang memberontak tapi dapat ditumpas.
Adipati dan panglimanya (bernama Ki Tambakbaya) melarikan diri ke Surabaya.
Menaklukkan Surabaya
Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik. Sungai Mas
dibendung untuk menghentikan suplai air, namun kota ini tetap mampu bertahan.
Sultan Agung
kemudian mengirim Tumenggung
Bahureksa (bupati Kendal) untuk menaklukkan Sukadana (Kalimantan sebelah barat daya) tahun 1622. Dikirim pula Ki Juru Kiting (putra Ki
Juru Martani) untuk
menaklukkan Madura tahun 1624. Pulau Madura yang semula terdiri atas
banyak kadipaten kemudian disatukan di bawah pimpinan Pangeran
Prasena yang bergelar Cakraningrat I.
Dengan direbutnya
Sukadana dan Madura, posisi Surabaya menjadi lemah, karena suplai pangan
terputus sama sekali. Kota ini akhirnya jatuh karena kelaparan pada tahun 1625, bukan karena pertempuran. Pemimpinnya
yang bernama Pangeran
Jayalengkara pun menyerah
pada pihak Mataram yang dipimpin Tumenggung
Mangun-oneng.
Beberapa waktu
kemudian, Jayalengkara meninggal karena usia tua. Sementara putranya yang
bernama Pangeran Pekik diasingkan ke Ampel. Surabaya pun resmi menjadi bawahan Mataram,
dengan dipimpin oleh Tumenggung
Sepanjang sebagai bupati.
Pasca penaklukan Surabaya
Setelah penaklukan
Surabaya, keadaan Mataram belum juga tentram. Rakyat menderita
akibat perang yang berkepanjangan. Sejak tahun 1625-1627 terjadi wabah penyakit melanda di
berbagai daerah, yang menewaskan dua per tiga jumlah penduduknya.
Pada tahun 1627 terjadi pula pemberontakan Pati yang dipimpin oleh Adipati
Pragola, sepupu Sultan
Agung sendiri. Pemberontakan ini akhirnya dapat ditumpas namun dengan biaya
yang sangat mahal.
Hubungan dengan VOC
Pada tahun 1614 VOC (yang saat itu masih bermarkas di Ambon) mengirim duta untuk mengajak Sultan
Agung bekerja sama namun ditolak mentah-mentah. Pada tahun 1618 Mataram dilanda gagal panen akibat perang yang berlarut-larut melawan Surabaya. Meskipun demikian, Sultan Agung tetap
menolak bekerja sama dengan VOC.
Pada tahun 1619 VOC berhasil merebut Jayakarta di bagian Barat pulau Jawa yang belum
ditaklukkan Mataram, dan mengganti namanya menjadi Batavia. Markas mereka pun dipindah ke kota itu.
Menyadari kekuatan bangsa Belanda tersebut, Sultan Agung mulai berpikir untuk
memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Banten.
Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan
VOC. Kedua pihak saling mengirim duta
besar. Akan tetapi, VOC
ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya. Akibatnya, hubungan
diplomatik kedua pihak pun putus.
Menyerbu Batavia
Sasaran Mataram berikutnya setelah Surabaya jatuh adalah Banten yang ada di ujung Barat pulau Jawa. Akan
tetapi posisi Batavia yang menjadi penghalang perlu diatasi terlebih
dahulu oleh Mataram.
Bulan April 1628 Kyai Rangga bupati Tegal dikirim sebagai duta ke Batavia untuk
menyampaikan tawaran damai dengan syarat-syarat tertentu dari Mataram. Tawaran
tersebut ditolak pihak VOC sehingga Sultan Agung memutuskan untuk menyatakan
perang.
Maka, pada 27
Agustus 1628 pasukan Mataram dipimpin Tumenggung
Bahureksa, bupati Kendal tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba bulan
Oktober dipimpin Pangeran
Mandurareja (cucu Ki
Juru Martani). Total
semuanya adalah 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di benteng Holandia.
Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan. Menanggapi
kekalahan ini Sultan Agung bertindak tegas, pada bulan Desember 1628 ia mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa
dan Pangeran Mandurareja. Pihak VOC menemukan 744 mayat orang Jawa berserakan dan sebagian tanpa kepala.
Sultan Agung
kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya. Pasukan
pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah
berangkat bulan Juni. Total semua 14.000 orang prajurit. Kegagalan
serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan
semuanya.
Walaupun kembali
mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan
mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah
penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal
VOC yaitu J.P.
Coen meninggal menjadi
korban wabah tersebut.
Setelah kekalahan di
Batavia
Sultan Agung
pantang menyerah dalam perseteruannya dengan VOC Belanda. Ia mencoba menjalin hubungan dengan
pasukan Kerajaan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC.
Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena ia menyadari posisi Portugis saat
itu sudah lemah.
Kekalahan di Batavia menyebabkan daerah-daerah bawahan Mataram
berani memberontak untuk merdeka. Diawali dengan pemberontakan para ulama Tembayat yang berhasil ditumpas pada tahun 1630. Kemudian Sumedang dan Ukur memberontak tahun 1631. Sultan Cirebon yang masih setia berhasil memadamkan
pemberontakan Sumedang tahun 1632.
Pemberontakan-pemberontakan
masih berlanjut dengan munculnya pemberontakan Giri
Kedaton yang tidak mau
tunduk kepada Mataram. Karena pasukan Mataram merasa segan menyerbu pasukan
Giri Kedaton yang masih mereka anggap keturunan Sunan
Giri, maka yang ditugasi
melakukan penumpasan adalah Pangeran
Pekik pemimpin Ampel. Pangeran Pekik sendiri telah dinikahkan
dengan Ratu
Pandansari adik Sultan
Agung pada tahun 1633. Pemberontakan Giri Kedaton ini berhasil
dipadamkan pasangan suami istri tersebut pada tahun 1636.
Akhir kekuasaan
Wilayah kekuasaan
Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma
(1613-1645)
Pada tahun 1636 Sultan Agung mengirim Pangeran
Selarong (saudara seayah
Sultan Agung, putra Panembahan Hanyakrawati dan selir Lung Ayu dari Panaraga) untuk menaklukkan Blambangan di ujung timur Pulau
Jawa. Meskipun mendapat
bantuan dari Bali, negeri Blambangan tetap dapat dikalahkan
pada tahun 1640.
Dalam masa Sultan
Agung, seluruh Pulau Jawa sempat tunduk dalam kekuasaan Kesultanan Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer VOC Belanda. Sedangkan desa Banten telah berasimilasi melalui peleburan
kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang di Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan
diplomatik dengan Makassar, negeri terkuat di Sulawesi saat itu.
Sultan Agung
berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar yang tidak hanya dibangun di
atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan
sistem-sistem pertanian. Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti Surabaya dan Tuban dimatikan, sehingga kehidupan rakyat
hanya bergantung pada sektor pertanian.
Sultan Agung
menaruh perhatian besar pada kebudayaan Mataram. Ia memadukan Kalender
Hijriyah yang dipakai di
pesisir utara dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya
adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram.
Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistik,
berjudul Sastra
Gending.
Di lingkungan
keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa
bagongan yang harus
dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan
satu sama lain. Bahasa ini digunakan supaya tercipta rasa persatuan di antara
penghuni istana.
Sementara itu Bahasa
Sunda juga mengalami
perubahan sejak Mataram menguasai Jawa
Barat. Hal ini ditandai
dengan terciptanya bahasa halus dan bahasa sangat halus yang sebelumnya hanya
dikenal di Jawa Tengah.
Wafatnya Sultan Agung
Pintu masuk ke
makam Sultan Agung di Pemakaman
Imogiri di Imogiri, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia (foto tahun 1890).
Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat.
Ia pun membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga
raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Ia juga menuliskan
serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram.
Sesuai dengan
wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama
Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram selanjutnya, bergelar Amangkurat
I.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Agung_dari_Mataram
Penjajahan Belanda di Indonesia
a. Belanda Mendirikan VOC di Indonesia
Tahun 1596, Cornelis de Houtman beserta rombongan berhasil mencapai Banten, dekat
Jakarta. Mereka kemudian juga berhasil mendarat di Maluku. Belanda lalu mendirikan kantor
dagang di Batavia (Jakarta). Pada tahun 1602 para pedagang Belanda membentuk Vereenigde
Oost Indische Compagnic (VOC) artinya Perserikatan Maskapai Hindia Timur. VOC dipimpin oleh
seorang gubernur jenderal. VOC mempunyai beberapa hak di antaranya:
a. Hak melakukan monopoli perdagangan di daerah yang ditempati.
b. Membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan
membentuk pengadilan.
c. Melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan
kerajaan-kerajaan, serta melakukan
perang atau damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
perang atau damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
d. Hak mencetak mata uang sendiri.
b. Belanda Menguasai berbagai Kerajaan dengan Politik Adu Domba
Pada masa kedatangan Belanda, di Indonesia masih tumbuh kerajaan-kerajaan Islam.
Di Jawa terdapat kerajaan Demak, Banten, Cirebon, dan Mataram. Di Sumatera terdapat
Kerajaan Aceh yang sangat besar, di Sulawesi ada Goa dan Talo, dan di Kalimantan terdapat
Kerajaan Banjar. Belanda berusaha mengadu domba kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia.
Caranya, satu per satu kerajaan didekati agar mau memberikan hak monopoli perdagangan
kepada Belanda (VOC). Belanda menginginkan agar rakyat Indonesia menjual hasil bumi
kepada Belanda saja. Belanda membelinya dengan harga murah sehingga mereka akan
mendapat banyak keuntungan ketika dijual di Eropa.
Tidak semua kerajaan di Indonesia bersedia mengikuti keinginan Belanda. Kerajaan
yang telah hafal dengan sifat Belanda, menolak kerja sama dengan Belanda. Tetapi kerajaan
yang belum memahami sifat Belanda, berhasil dibujuk Belanda untuk bekerja sama. Strategi
yang paling terkenal Belanda dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan di Indonesia adalah politik
adu domba. Dalam bahasa Belanda politik ini dikenal dengan nama politik devide et impera.
Belanda melibatkan diri dalam urusan-urusan kerajaan di Indonesia. Ketika terjadi konflik
dalam kerajaan, Belanda mendukung salah satu kerajaan. Belanda mendukungnya hingga
akhirnya menang. Setelah menang, Belanda menguasai kerajaan
tersebut. Akhirnya satu per
satu kerajaan di Indonesia berhasil dikuasai Belanda.
satu kerajaan di Indonesia berhasil dikuasai Belanda.
Di Maluku, VOC melakukan operasi pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah pelayaran
yang menggunakan perahu bercadik serta bersenjata lengkap. Pelayaran ini bertujuan
mengawasi pohon rempah-rempah yang ditanam rakyat. Belanda mencegah pedagang atau
masyarakat lokal berhubungan dagang dengan bangsa lain selain bangsa Belanda. Bahkan
Belanda sering menghancurkan tanaman rempah-rempah rakyat Maluku. Tanaman dihancurkan
karena dianggap Belanda terlalu banyak. Apabila tanaman terlalu banyak, Belanda khawatir
harga akan turun.
Persekutuan dagang Hindia Belanda (VOC) bangkrut pada tahun 1799. Hal ini
disebabkan oleh korupsi yang dilakukan para pegawai VOC. Pada akhir tahun 1799, VOC
dibubarkan. Lalu pada tahun 1800 Pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan VOC di
Indonesia. Sejak masa itu, secara resmi Indonesia di bawah pemerintah Belanda. Indonesia
menjadi semacam provinsi dari negara Belanda. Padahal luas negara Belanda jauh lebih kecil
dibanding luas Indonesia. Dengan menjajah Indonesia, negara Belanda menjadi semakin kaya
raya. Tetapi bangsa kita semakin miskin dan sengsara. c. Mendirikan Pemerintah Hindia Belanda
Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia secara resmi diperintah oleh Pemerintah Hindia
Belanda. Kerajaan Belanda membentuk pemerintahan kolonial yang disebut Hindia Belanda
(Nederlands Indie). Indonesia (Hindia Belanda) diperintah/dikepalai seorang gubernur jenderal.
Sejak saat itu Indonesia secara resmi diperintah dari negeri Belanda.
http://id.shvoong.com/humanities/history/2223974-penjajahan-belanda-di-indonesia/
Hindia-Belanda
Peta wilayah
Kerajaan Kolonial Belanda termasuk daerah jajahannya
Hindia-Belanda (bahasa
Belanda: Nederlands(ch)-Indiƫ) adalah sebuah wilayah koloni Belanda yang diakui secara hukum de
jure dan de
facto. Kepala negara
Hindia-Belanda adalah Ratu/Raja Belanda dengan perwakilannya yang berkuasa
penuh seorang Gubernur-Jendral.
Hindia-Belanda
juga merupakan wilayah yang tertulis dalam UU Kerajaan Belanda tahun 1814 sebagai wilayah berdaulat Kerajaan
Belanda, diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah
Hindia-Belanda.
Hindia-Belanda
dahulu kala adalah sebuah jajahan Belanda, sekarang disebut Indonesia. Jajahan Belanda ini bermula dari
properti Vereenigde Oostindische Compagnie (atau VOC) yang antara lain
memiliki Jawa dan Maluku serta beberapa daerah lain semenjak abad
ke-17. Setelah VOC
dibubarkan pada tahun 1798, semua properti VOC menjadi milik pemerintah Republik
Batavia.
Pada abad ke-19
hanya pulau Jawa saja yang secara keseluruhan milik
Belanda. Lalu pada tahun-tahun selanjutnya semua daerah lain di Nusantara ditaklukkan atau “dipasifikasikan”
(didamaikan). Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling
berharga yang termasuk dalam kekuasaan Imperium
Belanda.[2] Penguasaan atas koloni ini turut
menyumbang kepada semakin kuatnya pengaruh ekonomi global Belanda, terutama
dalam perdagangan rempah dan komoditas perkebunan lainnya, dalam abad ke-19
hingga awal abad ke-20. Pada puncaknya pada tahun 1942, Hindia-Belanda meliputi semua daerah
Indonesia saat ini. Selain itu, kota Melaka, Taiwan, Sri
Lanka pernah dimiliki VOC
dan pemerintah Belanda.
Perbatasan
Hindia-Belanda dengan negara tetangganya ditentukan dengan
perjanjian-perjanjian legal antara Kerajaan Belanda dengan Kerajaan
Sarawak (protektorat Inggris di bawah dinasti Brooke "the
White Rajah"), Borneo Utara Britania (Sabah), Kerajaan
Portugis (Timor
Portugis), Kekaisaran
Jerman (Papua
Nugini Utara), Kerajaan
Inggris (Papua Nugini
Selatan).
Kemerdekaan
Indonesia diproklamasikan pada 17
Agustus 1945. Belanda menentang dan memerangi para
pejuang kemerdekaan. Baru pada 27
Desember 1949, kedaulatan Indonesia diakui. Papua bagian barat (Irian Jaya) masih dikuasai Belanda
sampai tahun 1961.
Etimologi
Kata Hindia
berasal dari bahasa bahasa Latin: Indus. Nama Hindia
Belanda tercatat di dokumen Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada awal tahun 1620-an.[3]
Sosial Budaya
Pada tahun 1898,
penduduk Jawa berjumlah 28.000.000 dengan yang lain tujuh juta di pulau-pulau
terluar Indonesia.
Paruh pertama
abad ke-20 melihat imigrasi besar-besaran dari Eropa Belanda dan lainnya untuk
koloni, di mana mereka bekerja di sektor pemerintah atau swasta. Pada 1930, ada
lebih dari 200.000 orang dengan status hukum Eropa di koloni itu.
Tingkat
|
Penduduk
|
Jumlah Penduduk
|
Persentasi
|
1
|
Pribumi
|
59,138,067
|
97.4%
|
2
|
1,233,214
|
2.0%
|
|
3
|
240,417
|
0.4%
|
|
4
|
Penduduk Timur Asing
|
115,535
|
0.2%
|
Total
|
60,727,233
|
100%
|
Selama dan
setelah mereka dijamin hegemoni Belanda di seluruh kepulauan Indonesia, mereka
secara sistematis menghilangkan perbudakan, pembakaran janda, perburuan-kepala,
kanibalisme, pembajakan, dan peperangan. Orang Belanda membentuk kelas sosial
istimewa atas tentara, administrator, manajer , guru dan perintis. Mereka hidup
terkait dengan subyek asli mereka, namun secara terpisah di bagian atas kasta
rasial dan sosial yang kaku mereka mendirikan dalam masyarakat Hindia. Hindia
Belanda memiliki tiga kelas hukum warga:
Kelas Eropa
Kelas
Pribumi/Bumiputera/Bangsa Indonesia Asli (Belanda: inlander)
Pada tahun 1901 Belanda menerapkan apa yang mereka sebut
Kebijakan Etis, dimana pemerintah kolonial memiliki tugas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat Indonesia di bidang kesehatan dan pendidikan. Kebijakan
baru lainnya termasuk program irigasi, transmigrasi, komunikasi, mitigasi
banjir, industrialisasi, dan perlindungan industri asli. Meskipun lebih progresif
dari kebijakan sebelumnya, kebijakan kemanusiaan akhirnya tidak memadai.
Sementara elit kecil dari Indonesia sekunder dan tersier berpendidikan
dikembangkan, mayoritas rakyat Indonesia masih buta huruf. Sekolah
Dasar didirikan dan resmi
terbuka untuk semua, tetapi pada 1930, hanya 8% anak usia sekolah mendapat
pendidikan.
Industrialisasi
secara signifikan tidak mempengaruhi mayoritas penduduk Indonesia, dan
Indonesia tetap menjadi koloni pertanian. Pada 1930, ada 17 kota dengan
populasi lebih dari 50.000 dengan jumlah penduduk gabungan 1,87 juta. Namun,
reformasi pendidikan, dan reformasi politik sederhana, menghasilkan elit kecil
berpendidikan tinggi Indonesia asli, yang mempromosikan ide yang independen dan
Indonesia bersatu yang akan menyatukan kelompok-kelompok adat yang berbeda dari
Hindia Belanda. Sebuah periode disebut Kebangkitan Nasional Indonesia, paruh
pertama abad ke-20 melihat gerakan nasionalis mengembangkan kuat, tetapi juga
menghadapi penindasan Belanda.
Olahraga
Perkembangan
olahraga Hindia-Belanda yang paling dominan adalah di bidang Sepak
Bola, di mana pada medio
awal 1900-an berdiri klub-klub seperti Persija
Jakarta dan Persib
Bandung.
Yang paling
fenomenal adalah ketika Tim nasional sepak bola Hindia
Belanda menjadi kontestan
di Piala Dunia 1938 di Perancis. Mereka merupakan kontestan pertama dari Asia. Sayangnya, mereka tersingkir di babak
pertama setelah dibantai oleh Tim nasional sepak bola Hongaria 0-6 di Stadion
Velodrome Municipale, Reims, Perancis
http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda